Resensi Buku
Judul Buku : Mahmoud Ahmadinejad, Singa Persia VS Amerika Serikat
Penulis : Mirza Maulana Ar-Rusydi
Penerbit : Garasi, Yogyakarta
Cetakan : Pertama, Februari 2007
Tebal : 183 halaman
Peresensi : Ahmad Hasan MS, Pustakawan Yayasan Kodama Yogyakarta
Pemimpin Iran Melawan
Hegemoni Tiran
Mahmoud Ahmadinejad merupakan figur yang paling kharismatik sekaligus kontroversial di abad 21. Berbagai kebijakan yang dilakukan beliau khususnya program pengayaan uranium tak pelak membuat berbagai negara khususnya barat kebakaran jenggot. Meski program pengayaan uranium atau nuklir yang beliau kembangkan untuk tujuan damai, namun negara-negara barat tetap tidak menerima begitu saja tindakan yang dilakukan oleh penguasa Iran itu, justru negara-negara barat menuduh Iran sebagai bagian dari poros kejahatan bersama Korea Utara (Pyongyang) dan Kuba.
Dr. Mahmoud Ahmadinejad yang ditulis dalam bahasa Inggris dengan nama Mahmoud, Mahmood, Ahmadinezhaad, Ahmadinejad, dan Ahmadi Nejad ini dilahirkan pada tanggal 28 Oktober 1956 di daerah perkampungan Araadan dekat Graamsyar, Iran.
Ia adalah anak keempat dari tujuh bersaudara dari orang tua pandai besi. Meski demikian, ia bukan sembarang anak pandai besi pada umumnya, sejak kecil ia sudah menunjukkan tanda-tanda sebagai anak yang kreatif dan pemberani. Akan tetapi tanda-tanda tersebut belum banyak mendapat perhatian oleh khalayak umum.
Tahun 1976 adalah awal sejarah beliau sebagai seorang yang berkapasitas intelektual. Waktu itu ia memperoleh predikat sarjana di perguruan tinggi di University of Science and Technology (IUST) dengan predikat Cum Laude. Setelah lulus dari almamater kampusnya ia kemudian melanjutkan pada kampus yang sama dengan meraih gelar Master of Science pada tahun 1984. Tahun 1986 adalah awal karier politiknya dengan mengikuti korp Islamic Revolutionary Guards. Kemudian pada tahun 1987 ia menerima gelar Ph.D (Doktor) dalam bidang Rekayasa dan Perencanaan Transportasi. Setelah lulus dari almamaternya akhirnya ia kemudian mendapat gelar sebagai Profesor Teknik Sipil di Universitas IUST.
Ahmadinejad awal mulanya tidak banyak dikenal dalam peta perpolitikan Iran, namun semenjak beliau terpilih menjadi walikota Teheran pada tanggal 3 Mei 2003, namanya berkibar dan dikenal oleh khalayak masyarakat umum. Semasa menjabat sebagai walikota Teheran selama dua tahun di mata rakyat Iran ia mendapat tempat. Hal ini karena berhubungan dengan kebijakan beliau yang dinilai memberikan kontribusi positif bagi masyarakat kota Teheran dan rakyat Iran umumnya. Meski banyak pula yang kontra terhadap kebijakan beliau yang dinilai terlalu radikal, namun secara umum masyarakat Iran menerima kebijakan beliau khususnya dengan kebijakan semisal; melakukan penegakkan agama secara ketat di berbagai pusat kegiatan budaya, melakukan pemisahan penggunaan lift antara buat laki-laki dan perempuan, dan memberikan makanan gratis berupa sup kepada masyarakat miskin.
Di tahun 2005 ia melakukan kampanye untuk mencalonkan diri sebagai pemimpin Iran. Dan akhirnya tanggal 3 Agustus 2005 ia terpilih sebagai pemimpin Iran yang kelak banyak melahirkan kebijakan-kebijakan yang radikal. Salah satu kebijakan radikal yang sempat menimbulkan polemik panjang adalah mengenai program pengembangan nuklir. Pada tanggal 11 Januari 2006 ia mengumumkan akan mengembangkan teknologi nuklir dengan tujuan damai. Dan akhirnya sejak saat itulah ia dikecam oleh berbagai negara khususnya Amerika Serikat dan para sekutunya yang dinilai mengancam perdamaian dunia.
Meski diancam oleh negara superpower Amerika Serikat akan dikenai sanksi tegas berupa embargo militer, namun tekad keberanian beliau tidak pernah pudar. Justru ia mengajak kepada seluruh masyarakat Iran agar tak gentar terhadap arogansi barat. ”Bangsa Iran tak takut terhadap serangan apapun,” tegas Ahmadinejad pada saat Konferensi Iran, bulan Januari 2006.
Namun demikian sikap tak mau diatur oleh dominasi AS bukan berarti ia adalah seorang yang antikompromi. Akan tetapi ia dalam berbagai kesempatan berkali-kali mengajak kepada semua negara agar menekankan pentingya menggunakan dialog guna mencari penyelesaian atas ketegangan Iran dan Amerika Serikat. Republik Islam Iran sebagai negara yang memiliki aktivitas nuklit siap melakukan pembicaraan dengan semua negara, termasuk dengan negara-negara yang memiliki kekuatan nuklir dan dunia Internasional untuk menenangkan ketegangan, ( hal. 52).
Kesimpulan terpenting dalam buku ini adalah bahwasanya jalan perdamaian dalam kondisi apapun harus dikedepankan daripada jalan perang yang justru menimbulkan banyak korban. ****
Sumber: http://id.shvoong.com/books/biography/1943165-mahmoud-ahmadinejad-singa-persia-vs/#ixzz1iJfgqno2
Senin, 02 Januari 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar