Sebagai putra Mahkota dari keluarga Agnelli, Edoardo telah merasakan bagaimana nikmatnya hidup serba mewah dan berkelimpahan harta sejak dirinya dilahirkan ke dunia. Tapi ternyata bukan hal ini yang diinginkan dari kehidupannya, bukan kekayaan dan ketenaran yang dicari. Setelah mengerti apa arti dari kehidupan, Edoardo merasakan kalau kehidupan yang sedang dijalaninya adalah kehidupan yang menjenuhkan,tidak membuat hatinya tentram dan membuatnya bertambah beban semakin berat saja. Aturan-aturan kebangsawanan yang diterapkan untuk setiap anggota keluarga Agnelli membuatnya semakin jauh dari arti kehidupan sebenarnya yang sedang dia cari.
Kecenderungan untuk melakukan sesuatu yang baru dan tidak membosankan telah lama dipikirkan oleh seorang Edoardo. Pada akhir dekade 70 an , setelah menyelesaikan sekolahnya di inggris, edoardo memutuskan untuk melanjutkan studinya di Princeton yang sangat terkenal di Amerika, dan mengambil jurusan Filsafat, sesuatu yang tidak pernah disetujui oleh ayahnya yang menginginkan anak putra satu-satunya mengikuti jejak sang ayah dengan belajar bisnis. Disinilah awal mula Edoardo berkenalan dengan agama Islam.
Adalah sebuah krisis Iran pasca Revolusi Islam, yang membuat edoardo lebih tertarik ke dalam dunia Islam lebih dalam lagi. Suatu hari dia menyaksikan acara debat politik di televisi. Tema yang mereka bahas adalah tema “panas” pada saat itu: krisis di Iran pasca-Revolusi Islam. Ada empat tamu dalam acara itu. Tiga wartawan dan seorang jubir Kedubes Iran di Roma, bernama Hassan Ghadiri Abyaneh.
Abyaneh mendapat giliran bicara yang pertama. Dalam bahasa Italia, dan dengan penuh keyakinan ia berucap, “Dengan Nama Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dengan Nama Tuhan yang Lebih Besar dari kapal-kapal induk Amerika.” Kalimat itu membuat studio seperti tersihir, kamera seperti membeku, begitu pula Eduardo di depan televisi. Ketika debat usai, keputusan Eduardo sudah bulat: dia harus mendatangi rumah Abyaneh di Roma. Abyaneh mengenangnya dengan perkataan, “Dia datang dengan skuter butut.” Seolah-olah dia ingin dikenal sebagai orang biasa, meski bisa saja datang dengan membawa Ferrari.
Kepada satpam dia mengenalkan diri dengan nama Eduardo. Dia mengatakan kenal Abyaneh di televisi, dan ingin berdiskusi sekaligus meminjam buku-buku tentang Imam Khomeini, pemimpin besar Revolusi Islam Iran. Jawaban yang diterima awalnya negatif. Tuan rumah sedang tidak ingin diganggu karena akhir pekan adalah waktu keluarga. Sekali lagi Eduardo menitip pesan kepada tuan rumah melalui satpam; yaitu: “Pintu Tuhan tak pernah tertutup.” Segera Abyaneh keluar rumah dengan wajah bersalah. Persahabatan pun dimulai.
Abyaneh kini tau bahwa Eduardo juga seorang muslim. Ia mengenal Islam saat kuliah di Universitas Princeton jurusan Filsafat dan Kajian Agama. Setelah membaca terjemahan Alquran berbahasa Inggris ia masuk Islam, namun disembunyikan dari publik. Dalam surat-suratnya ia menggunakan nama Hisham Aziz, namun dengan teman-teman Irannya ia menggunakan nama sebagai seorang Syiah, Mahdi.
Bagi Eduardo, Abyaneh adalah pintu masuknya ke Iran, bertemu dengan ulama berserban. Dia pun terbang ke Iran dan salat Jumat di belakang Ali Khamenei-pemimpin spiritual Iran sekarang.
Saat pers Barat mencitrakan Imam Khomeini sebagai diktator haus darah, Eduardo malah menemui beliau. Mantan presiden Iran, Hashemi Rafsanjani, mengisahkan bahwa Imam Khomeini sempat mengecup kening Eduardo dan menasehati: “Banyaklah merenung dan mengingat kehidupan setelah mati.”
Eduardo menemukan kedamaian dalam Islam yang seperti itu dari sekali membaca Alquran. Dia pernah bercerita:
“Suatu hari di New York pada saat saya berada di perpustakaan, saya sedang mencari-cari buku yang saya perlukan. Tanpa sengaja mata saya tertuju pada sebuah copy Alquran, sungguh saat itu saya sangat ingin tahu dan penasaran dengan kitab tersebut dan ingin mengetahui apa yang ditawarkan oleh kitab tersebut.
Akhirnya saya mengambil kitab tersebut dan mulai membaca terjemahaannya dalam bahasa Inggris. Sungguh pada saat saya membacanya tulisan dan ungkapan-ungkapan di kitab ini mempunyai sesuatu kekuatan dan petunjuk di dalamnnya, dan semua itu tidak mungkin dapat ditulis oleh seorang manusia. Saya sangat kagum dengan ungkapan-ungkapan di dalam kitab ini dan tertarik untuk mempelajarinya lebih dalam, jadi saya meminjamnya dan mempelajarinya. Makin dalam saya membaca makin saya mempercayainya dan mengerti makna semua kata-katannya.”
Hubungan dengan Abyaneh pun kian erat. Namun dengan keluarga semakin menegang. Saat Eduardo mengunjungi Mashhad dan berziarah ke makam Imam Ali Ridha ia berdoa, “Aku hanya inginkan cinta dan kasih ayahku selalu ada untukku ke depan.” Namun ayahnya, Gianni, yang tahu bahwa Eduardo berkiblat ke Tehran, menyatakan di media kalau Eduardo tak layak menjadi petinggi Fiat. Lebih buruk lagi ketika Eduardo di fitnah sebagai “gila” dan “pecandu narkotika” yang dibuat keluarganya sendiri.Ia sendiri pernah berkata kepada teman-teman Irannya bahwa setelah kematian ayahnya keluarga besarnya pasti akan membunuhnya. Ketika ia pergi ke Afrika, kalau tidak salah Kenya, ia dituduh membawa heroin seberat 300 kilo gram. Padahal menurut dia kejadiannya tidak demikian. Suatu saat dia melihat dua orang Australia sedang memakai heroin dan mengajarkan orang-orang setempat untuk memakainya. Ia melarang mereka untuk mengajari penduduk setempat. Bungalow tempat ia tinggal, kamarnya tidak terlalu jauh dengan kedua orang tersebut. Koran-koran Italia, yang kebanyakan punya keluarganya sendiri, mengabarkan dan membesar-besarkan hal itu agar dia tidak dipilih menjadi direkturnya. Ternyata ketika disidang tidak terbukti dia membawa Heroin. Namun, koran Italia tidak memuat berita itu.
Dalam diskusinya dengan teman-teman Irannya, ia sering pulang pergi ke Iran. Yang menarik perjalanan pertamanya ke Iran dan pertemuannya dengan Imam Khomeini RA. Hanya ia satu-satunya orang bule yang dicium dahinya. Kejadian ini sangat membekas dalam dirinya. Rafsanjani sendiri dalam salah satu bukunya hanya dua baris menjelaskan kedatangan Edoardo ke Iran dan pertemuannya dengan Imam Khomeini RA.
Entah mengapa Edoardo begitu mencintai Iran. Disaat Negara seperti amerika yang telah menyatakan bahwa iran adalah sebuah Negara yang haus darah, dan saat dimana Iran dicecar di seluruh pelosok bumi, Seorang putra mahkota justru sebaliknya. Rasa penasaran yang besar ingin mengetahui siapa diri seorang Khomeini dan revolusi islam telah menguatkan dirinya untuk segera berhadapan langsung dengan orang yang selalu dicarinya.
Berkali-kali edoardo terlihat duduk tak jauh dari tempat dimana seorang guru besar islam Iran Khomeini berada. Mereka beberapa kali melakukan shalat jumat bersama di beberapa mesjid terkenal di Iran. Dan keramahan yang dirasakan edoardo disaat Khomeini menciumnya seperti keluarganya membuat dirinya semakin kerasan berada di tempat yang entah berantah tidak pernah dikenal sebelumnya.
Selama di Iran, edoardo banyak mempelajari Hal baru. Edoardo lebih sering membaca buku kitab suci Al quran dan belajar sejarah mengenai Nabi Muhammad , sesuatu yang lebih dia gemari dan dia pilih ketimbang menghabiskan waktu bersama para pemain juventus, ataupun kebut-kebutan di jalan dengan mobil-mobil mewah milik keluarganya. Edoardo adalah seorang lelaki putra mahkota italia yang telah menemukan arti pentinganya sebuah kebesaran agama islam. Edoardo telah menemukan apa yang di inginkannya. Dia pernah mengungkapkan ke beberapa teman dekatnya.bahwa hidupnya telah dilahirkan baru. Dan dirinya sungguh merasakan kebahagiaan yang tak mungkin diraihnya selama dia masih berada di genggaman keluarga Agnelli. Edoardo diyakini telah menjadi seorang muslim sejati.
Sebuah akhir yang begitu sempurna yang dirasakan edoardo, tapi tidak dengan keluarga Agnelli. Keluarganya yang akhirnya tahu bahwa edoardo sungguh serius telah menjauhi keluarga agnelii demi sebuah ajaran Islam, marah besar. Bagi Gianni Agnelli ini adalah sebuah Fakta yang sulit diterima. Keluarga yang begitu terpandang di seluruh italia, sebuah keluarga yang taat akan ajaran tradisi agama Katolik, dan salah satu penyumbang dana terbesar ke Vatikan, dan pilihan edoardo untuk pindah ajaran agama adalah sebuah penyelewengan yang tidak bisa dimaafkan.
Akhirnya pemilihan direktur perusahan keluarga pun dilaksanakan yang terpilih bukan Edoardo tapi anak pamannya, sekalipun ia adalah pewaris satu-satunya. Edoardo setuju dan tidak menunjukkan penolakannya. Namun, ketika beberapa bulan kemudian anak pamannya dalam kejadian misterius meninggal dan akhirnya anak dari kakaknya dari suami kedua yang nota bene adalah Yahudi, Edoardo menunjukkan ketidaksetujuannya.
Di sela-sela penunjukkan sikap ketidaksetujuannya, pada masa-masa akhir dari kehidupannya ia berkeinginan untuk belajar di Qom memperdalam agama lagi. Ia berkata, sebagaimana dinukil oleh teman Irannya, membaca Al-Quran memang memiliki rasa tersendiri. Membaca dan memahaminya dengan bahasa terjemahan juga berbeda, namun bila saya dapat membaca dengan bahasa aslinya akan lebih baik.
Namun, keinginan itu akhirnya tinggal keinginan. Ia kemudian di bunuh dengan keji. Media Italia menyebutkan bahwa ia bunuh diri. Ia menjatuhkan dirinya dari sebuah jembatan layang. Teman-teman Irannya menyangkal kalau dia bunuh diri. Beberapa hari sebelumnya mereka masih asik dengan Edoardo dalam membicarakan Islam dan keinginannya untuk belajar ke Iran. Bahkan ia sempat menafsirkan sebuah ayat Al-Quran.
Sebuah harga yang sungguh mahal harus dibayar oleh seorang Edoardo.dan membayarnya dengan sebuah nyawa. Kesedihan dan kehancuran yang telah dirasakannya sejak kecil yang dibangun oleh kerajaan agnelli telah dibawa pergi oleh sebuah kematian. Kematian yang berujung sebuah kontroversi. Sebuah cerita yang berakhir dengan penuh tanda Tanya besar. Kematian yang ditangisi banyak orang di iran begitu juga kebingungan dan kecemasan yang dirasakan warga turin.
Tepatnya pada 15 november 2000, sebuah jasad manusia di temukan di kaki jembatan Generale Franco Romano yang memiliki ketinggian 80 meter. Polisi setempat meyakini setelah mengenali wajah lelaki tersebut adalah Edoardo Agnelii. Putra mahkota keluarga Gianni Agnelli. Di Koran-koran italia banyak yang mengungkapkan bahwa edoardo telah melakukan aksi bunuh diri, sesuatu hal yang tidak pernah dilakukannya. Karena hasil penelitian mengungkapkan, disaat jasad edoardo di temukan, wajah serta tulang badannya masih utuh dan tidak ada yang patah. Bagaimana mungkin bahwa seorang lelaki dengan berat badan 120 kilogram melompat dari ketinggian 80 meter yang akan menghujam tanah kurang lebih dengan kecepatan 150 kilometer perjam tidak mengalami patah tulang? Itulah isyarat jelas bahwa edoardo tidak pernah melakukan aksi bunuh diri dengan melompat dari jembatan Generale Franco Romano.
Apalagi jembatan Generale Franco Romano terkenal sangat ramai sekali, setidaknya ada kendaraan yang lewat selang 5-10 detik, terlebih lagi wajah edoardo yang cukup dikenali oleh setiap warga turin. Bagaimanapun wajahnya akan dikenali seseorang yang melintas bilamana edoardo berusaha menaiki badan jembatan dan kemudian melompat.dan sungguh aneh bila tak ada satupun orang yang akan memberikan kesaksian di hari saat edoardo bunuh diri.
Kejanggalan seputar kematian edoardo telah membuat resah warga italia. pasalnya banyak hasil investigasi yang sangat menyimpang, banyak hal yang tidak masuk akal terjadi. Dan permainan kotor para pihak yang bertanggung jawab atas jasad edoardo pun mulai jelas terlihat. Misalnya keharusan otopsi yang sepantasnya dilakukan tim medis tidak pernah dilakukan. Permainan kotor yang tidak begitu sempurna ini semakin terasa oleh public italia yang menyebutnya dengan “kebodohan dan kecerobohan keluarga Mafia”.
Kematian edoardo membuahkan pelajaran penting dalam kehidupan, ’di saat kau telah menemukan apa yang menurutmu benar, hal itu patut diperjuangkan walau sebuah nyawa harus dipertaruhkan.
SELAMAT JALAN EDOARDO.
Tepatnya pada 15 november 2000, sebuah jasad manusia di temukan di kaki jembatan Generale Franco Romano yang memiliki ketinggian 80 meter. Polisi setempat meyakini setelah mengenali wajah lelaki tersebut adalah Edoardo Agnelii. Putra mahkota keluarga Gianni Agnelli. Di Koran-koran italia banyak yang mengungkapkan bahwa edoardo telah melakukan aksi bunuh diri, sesuatu hal yang tidak pernah dilakukannya. Karena hasil penelitian mengungkapkan, disaat jasad edoardo di temukan, wajah serta tulang badannya masih utuh dan tidak ada yang patah. Bagaimana mungkin bahwa seorang lelaki dengan berat badan 120 kilogram melompat dari ketinggian 80 meter yang akan menghujam tanah kurang lebih dengan kecepatan 150 kilometer perjam tidak mengalami patah tulang? Itulah isyarat jelas bahwa edoardo tidak pernah melakukan aksi bunuh diri dengan melompat dari jembatan Generale Franco Romano.
Apalagi jembatan Generale Franco Romano terkenal sangat ramai sekali, setidaknya ada kendaraan yang lewat selang 5-10 detik, terlebih lagi wajah edoardo yang cukup dikenali oleh setiap warga turin. Bagaimanapun wajahnya akan dikenali seseorang yang melintas bilamana edoardo berusaha menaiki badan jembatan dan kemudian melompat.dan sungguh aneh bila tak ada satupun orang yang akan memberikan kesaksian di hari saat edoardo bunuh diri.
Kejanggalan seputar kematian edoardo telah membuat resah warga italia. pasalnya banyak hasil investigasi yang sangat menyimpang, banyak hal yang tidak masuk akal terjadi. Dan permainan kotor para pihak yang bertanggung jawab atas jasad edoardo pun mulai jelas terlihat. Misalnya keharusan otopsi yang sepantasnya dilakukan tim medis tidak pernah dilakukan. Permainan kotor yang tidak begitu sempurna ini semakin terasa oleh public italia yang menyebutnya dengan “kebodohan dan kecerobohan keluarga Mafia”.
Kematian edoardo membuahkan pelajaran penting dalam kehidupan, ’di saat kau telah menemukan apa yang menurutmu benar, hal itu patut diperjuangkan walau sebuah nyawa harus dipertaruhkan.
SELAMAT JALAN EDOARDO.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ
0 komentar:
Posting Komentar