Sayyid Hasan Nasrallah terbilang masih muda untuk seorang ulama: 51 tahun. Kendati, sepintas dari penampilannya, dia seperti ulama kebanyakan. Kemanapun pergi, dia tak pernah lepas dari jubah dan sorban hitam. Tapi ada satu hal yang membedakan dia dengan ulama kebanyakan: kakinya tak pernah lepas dari sepatu boot tentara. Dia memang pernah lama di lapangan, di medan tempur. Dalam kepemimpinannya lah, Hizbullah bisa memaksa Israel mengakhiri pendudukan 18 tahun atas wilayah Lebanon. “ini bukan kemenangan partai, bukan juga milik agama tertentu, tapi ini kemenangan Lebanon dan seluruh penduduk Lebanon dan setiap jiwa merdeka di dunia,” katanya saat berpidato merayakan hengkangnya Israel dari Bint Jbeil, jantung perlawanan Hizbullah di Lebanon Selatan.
Hassan Nasrallah adalah seorang politikus Lebanon. Ia adalah sekretaris jenderal partai Hizbullah saat ini. Di bawah kepemimpinan Nasrallah, Hizbullah mampu mematahkan serangan Israel, sesuatu yang selama ini nyaris tak dapat dilakukan oleh bangsa-bangsa Arab. Dengan gebrakan Nasrallah, kaum muslim bersatu, tanpa meributkan lagi soal sekat mazhab Sunni-Syiah.
Di kalangan muslim Lebanon, Nasrallah dianggap sebagai personfikasi pemimpin religious yang paripurna; seganas singa di medan tempur tapi ‘cengeng’ saat bersujud di mihrab. Posturnya sendiri rata-rata untuk ukuran orang Arab kebanyakan, wajahnya bulat, air mukanya selalu cerah. Dia juga termasuk di antara sedikit pemimpin Arab yang punya pengetahuan luas tentang apa yang terjadi di luar dunia Arab. Dia punya kegemaran mencermati setiap berita, utamanya media massa Israel. Dia menelaah Haaretz dan Yediot Aharonot, dia juga rajin memonitor kondisi Muslim di berbagai belahan dunia. Nasrullah suatu ketika mengatakan bahwa ia membaca banyak buku, khususnya memoir para tokoh politik, termasuk autobiografi Ariel Sharon “Memoirs of Sharon” dan biografi Benjamin Netanyahu bertajuk A Place Under the Sun, dengan tujuan mendapatkan informasi hal ihwal musuh-musuhnya. Di luar semua itu, yang menjadikan Nasrallah menjulang di Lebanon adalah ketajaman pisau argumentasinya. Hampir semua politisi di Lebanon, baik kawan atau musuh, mengakui hal ini.
Nasrallah memang menantang. Dialah orang pertama di dunia Arab yang mampu mengembalikan kehormatan Arab setelah dipermalukan berulangkali oleh Israel, memberikan kemenangan setelah kekalahan, dan memberikan kekuatan pada bangsa yang sekian lama merasa tak berdaya. Berbeda dari pemimpin sekuler Arab terdahulu, Nasrallah lebih religious dan memiliki karakter serta kharisma yang berbeda. Dia memberikan bukti, bukan sekadar janji kosong politisi yang biasa menerapkan lain kata lain perbuatan.
0 komentar:
Posting Komentar