nagiest

Memberi adalah sebuah komunikasi yang terbaik

nagiest

Cara terbaik dalam menasihati anak-anakmu adalah mencari tahu apa yang mereka inginkan dan lalu nasehatilah mereka bagaimana melakukannya

nagiest

Tidak ada yang sia-sia jika kita melakukan sesuatu untuk anak-anak. Mereka sepertinya tidak memperhatikan kita, mengalihkan pandangan dan jarang berterima kasih, tapi apa yang kita lakukan untuk mereka tidak pernah sia-sia

nagiest

Anda memiliki waktu seumur hidup untuk bekerja, Namun anak-anak hanya memiliki masa kecil sekali

nagiest

Anak terlahir ke dunia dengan kebutuhan untuk disayangi tanpa kekerasan, bawaan hidup ini jangan sekalipun didustakan

Minggu, 29 Juli 2012

Sayidah Zainab as, Perempuan Paling Sabar, melebihi Nabi Ayyub




Kendati Nabi Ayyub as terkenal sebagai orang yang sabar dan beragam musibah berat telah menimpanya, namun kesusahan dan kesedihan ini akhirnya berakhir dan kehidupannya lebih banyak dilalui dengan kesenangan.




Lebih sabar lagi dari Nabi Ayyub as adalah seorang yang kehidupannya dari kecil sampai tua dipenuhi dengan kesedihan. Ia adalah Zainab Kubra binti Ali bin Abi Thalib as, induk segala musibah. Di masa kecil ia menyaksikan segala kezaliman yang dilakukan terhadap ayah dan ibunya. Pasca itu ia sebagai perawat kepala ayahnya yang terbela, ia mencuci hati kakaknya Imam Hasan Mujtaba as yang hancur berkeping-keping dengan air mata. Ia menanggung segala musibah berat dalam tragedi yang sangat menyedihkan, yaitu peristiwa Karbala dan pada saat yang sama semua itu baginya tidak lain hanyalah keindahan.




Siapakah Zainab as?

Ia adalah putri Amirul Mukiminin Ali bin Abi Thalib as dan Fathimah az-Zahra as. Ia bernama Zainab dan dikenal dengan sebutan Aqilah Bani Hasyim dan Shiddiqah Shughra. Julukannya adalah Ummu Kultsum Kubra dan Ummu Abdillah. Berdasarkan riwayat masyhur ia dilahirkan di Madinah pada tanggal 5 Jumadil Awal tahun 6 Hq. Ia dinamakan Zainab yang berarti perempuan yang cantik atau hiasan ayah.




Ilmu Sayidah Zainab as

Sayidah Zainab mendapat pendidikan wahyu di pangkuan Ali as dan Fathimah az-Zahra as. Meski ibunya meninggal dunia saat ia masih kanak-kanak, namun di masa yang tidak lama ini ia berhasil menukil hadis dari ibunya. Sanad khotbah Fadak sampai kepadanya dan tidak asing bagi siapapun bahwa penukilan hadis ini, dengan segala kefasihan dan keuniversalannya, menunjukkan kesempurnaan pertumbuhan dan pemahaman serta keilmuannya.




Pidato Sayidah Zainab as selama safari Karbala adalah bukti derajat keilmuan dan kesempurnaannya. Keilmuan yang membangkitkan semua orang sehingga pasca khotbah di Kufah Imam Sajjad as berkata kepada bibinya, "Anti Bihamdillahi Aalimah Ghairu Muallamah Wa Fahimah ghairu Mufahhamah." "Segala puji bagi Allah, Engkau adalah seorang wanita pandai tanpa diajar dan paham tanpa dipahamkan seseorang."




Pengorbanan dan jihad

Ketika Sayidah Zainab as merasa bahwa tanggung jawab besar jihad di jalan Allah berada di pundaknya. Ia meninggalkan segala harta kekayaannya dan siap mendampingi imam zamannya Husein as dengan penuh keberanian dan pengorbanan. Pasca syahadahnya Imam Husein as, ia merasa bertanggung jawab untuk menjaga jiwa Imam Sajjad as. Oleh karena itu, di bawah kondisi yang paling sulit ia bertahan menghadapi para pezalim. Ia mempermalukan dan mengungkapkan kezaliman serta kejahatan mereka.




Induk Segala Musibah

Pasca peristiwa wafatnya Rasulullah dan Syahadahnya Sayidah Fathimah az-Zahra as, kehidupan Sayidah Zainab dilanjutkan di Kufah sampai ketika Ibnu Muljam dengan pedangnya yang dilumuri racun membela kepala ayahnya Imam Ali bin Abi Thalib as. Syahadah ayah dan perpisahan dengannya betul-betul sulit bagi putrinya. Karena setelah wafat kakeknya Rasulullah Saw dan syahadah ibunya, hati Zainab bergantung pada ayahnya dan kasih sayang ayahnya-lah yang bisa menenangkan jiwanya yang berduka, namun kini duka perpisahan dengan ayah menambah segala dukanya selama ini. Ia menyaksikan pengkhianatan masyarakat dan konspirasi musuh yaitu Muawiyah bin Abi Sufyan terhadap kakaknya Imam Hasan Mujtaba as.




Setelah menyaksikan perjanjian damai Imam Hasan as dengan Muawiyah, Sayidah Zainab as kembali ke Madinah bersama kakak-kakak dan keluarganya. Wanita pandai Bani Hasyim ini betul betul menyadari bagaimana masyarakat mengorbankan Imam maksum Hasan al-Mujtaba as demi cita-cita dan kemaun kotor mereka. Ia juga merasakan segala kepedihan yang dirasakan oleh Imam Hasan as dan menjadi saksi kesedihan dan syahadah beliau yang terzalimi. Bahkan penghinaan mereka terhadap jenazah Imam Hasan as. Betapa pedihnya hati Zainab menyaksikan dan menganggung semua ini.




Pembawa Pesan Karbala

Periode kehidupan Sayidah Zainab as yang paling gemilang adalah ketika ia mendampingi cinta dan syahadah di sisi Sayid as-Syuhada Imam Husein as.




Meski sejarah kehidupan beliau dari sejak lahir sampai awal keberangkatan Imam Husein as menuju Karbala bisa didapatkan di dalam sejarah secara terpisah-pisah dan masih banyak yang belum diketahui, namun tahun-tahun terakhir kehidupannya sejak ia mendampingi Imam Husein as di Karbala betul-betul jelas dan abadi dalam sejarah.




Bisa dikatakan bahwa keabadian nama Zainab as dalam sejarah terikat dengan kebangkitan Imam Husein as, sebaliknya keabadian kebangkitan Imam Husein as juga terikat dengan pesan Sayidah Zainab as. Karena salah satu sisi kebangkitan Imam Husein as yang paling jelas dan bisa dikaji bersumber dari pesan Sayidah Zainab. Sayidah Zainab as adalah perawi sejarah Kebangkitan Sayid as-Syuhada.




Aqilah Bani Hasyim bergerak bersama sejarah Karbala. Seluruh kejadian dan peristiwanya terkait dengan Sayidah Zainab Kubra as. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa kalau sejarah Karbala ini menyangkut sebagian besar dari sejarah kehidupan Imam Husein as, ia juga menyangkut sebagian besar dari sejarah kehidupan Sayidah Zainab as.




Oleh karena itu, kehidupan Sayidah Zainab as tidak bisa dikaji tanpa menyertakan peristiwa Karbala. Meski sebagian dari peristiwa tahun 61 Hq terkait dengan aktifitas politik dan sosial Sayidah Zainab, namun banyak sumber yang menyebutkannya.




Tangisan Jibril atas Musibah Zainab as

Diriwayatkan bahwa setelah lahirnya Sayidah Zainab, Husein as yang masih berusia tiga sampai empat tahun mendatangi kakeknya Rasulullah Saw seraya berkata, "Allah telah memberikan seorang saudara perempuan kepadaku!" Mendengar ucapan itu Rasulullah Saw berubah menjadi sedih dan meneteskan air mata. Husein as bertanya, "Mengapa anda sedih dan menangis? Rasulullah Saw menjawab, "Wahai cahaya mataku! Dengan segera rahasianya akan jelas bagimu."




Sampai pada suatu saat ketika malaikat Jibril mendatangi Rasulullah Saw sambil menangis dan Rasulullah menanyakan sebab tangisannya. Malaikat Jibril menjawab, "Putri ini dari mulai lahir sampai akhir hidupnya senantiasa menghadapi musibah dan kesedihan. Terkadang ia terkena musibah perpisahan denganmu. Satu masa ia bersedih karena wafat ibunya. Kemudian bersedih karena syahadah saudaranya Hasan. Dan Musibah yang paling menyedihkan adalah musibah tragedi Karbala sehingga badannya membungkuk dan rambut kepalanya memutih."




Rasulullah Saw menangis tersedu-sedu dan menempelkan wajahnya yang penuh dengan air mata ke wajah Zainab. Sayidah Fathimah az-Zahra menanyakan sebab tangisan Rasulullah Saw. Rasulullah menjelaskan sebagian musibah yang akan menimpa Sayidah Zainab kepada Sayidah Fathimah as.




Sayidah Fathimah as bertanya, "Wahai Ayah! Apa pahala orang yang menangisi musibah yang menimpa putriku Zainab? Rasulullah Saw bersabda, "Pahalanya sama dengan pahala orang yang menangisi musibah yang menimpa Hasan dan Husein as. (Khashaish az-Zainabiyah, hal 155 Nasihk at-Tawarikh az-Zainab as) (IRIB Indonesia / ENH)

Sebagian Orang yang Tidak Dibunuh Imam Husein as di Karbala


Imam Sajjad as menceritakan kejadian aneh di hari Asyura. Beliau berkata:



 "Di hari Asyura ayahku membunuh sejumlah orang musuh. Namun sebagian dari mereka tidak dibunuhnya, meski berada dalam cengkeramannya. Saya tidak tahu apa rahasiannya. Setelah beberapa lama saya baru memahaminya ketika saya mencapai imamah (kepemimpinan).

Ternyata mereka yang dikasihani oleh Imam Husein as pada hari Asyura adalah orang-orang yang ayahnya adalah pecinta keluarga Rasulullah Saw. Poin penting di sini adalah ayah saya tidak ingin membunuh anak para pecintanya. Mereka lolos dari kematian berkat orang tuanya."

Apakah Anda Juga Takut Kepada Allah?

Seseorang bertanya kepada Imam Husein as, "Wahai putra Rasulullah! Apakah Anda sebagai hamba pilihan Allah juga takut kepada-Nya?

Imam menjawab, "Barang siapa di dunia takut kepada Allah dan menganggap dirinya senantiasa berada di hadapan-Nya, maka ia akan merasa aman dari ketakutan dan kegalauan di Hari Kiamat."

Rumah Balasan Allah

Imam Husein as pergi ke Karbala bersama para sahabatnya untuk melawan musuh. Di pertengahan jalan beliau bertemu dengan seseorang yang datang dari Kufah. Kepada orang itu Imam bertanya, "Hai hamba Allah! Bagaimana kabarnya penduduk Kufah dan Irak?"

Laki-laki itu berkata, "Wahai putra Rasulullah! Masyarakat sudah berkumpul untuk memerangimu. Kembalilah ke kota tempat tinggalmu karena Irak bukan tempat yang aman."

Imam Husein as berkata, "Kami datang ke kota ini atas perintah Allah. Oleh karenanya, segalanya akan terjadi atas Kehendak-Nya."

Kemudian beliau melanjutkan, "Kendati dunia adalah rumah yang gemerlapan, namun rumah balasan Allah (surga) lebih baik darinya. Bila badan diciptakan untuk mati, maka kematian di jalan Allah itu lebih baik." (IRIB Indonesia / Emi Nur Hayati)

Sumber: "Sad Pand va Hekayat" Husein.

Imam Ali as dan Musafir Non Muslim



Pada hari itu udara kota Kufah sangatlah nyaman. Angin sepoi bertiup perlahan dari arah kota memberikan ketenangan bagi jiwa dan semangat manusia. Seorang musafir bergerak ke arah kota Kufah. Dia telah melewati perjalanan yang jauh untuk mencapai suatu tempat di sekitar Kufah dan kini ia merasa kelelahan. Dia berpikir sendirian, alangkah menyenangkannya jika dia mempunyai teman seperjalanan, supaya dia punya teman untuk berbicara dan tidak merasa lelah akan perjalanan tersebut. Ketika itu pula, tampak  sesosok tubuh dari kejauhan. Sang musafir merasa gembira dan berkata sendirian, "Aku akan bersabar sampai orang itu datang menghampiriku. Mungkin saja dia bisa menjadi teman seperjalananku."

Sosok dari kejauhan itu akhirnya mendekat. Ternyata seorang lelaki itu berwajah menarik dan bercahaya. Terlihat senyum terukir di bibir lelaki itu. Ketika keduanya berdekatan, mereka saling bertanya khabar. Ternyata, lelaki itu juga akan pergi ke Kufah. Sang musafir yang kesepian tadi merasa gembira karena kini dia memiliki teman seperjalanan.

Lelaki yang baru tiba itu tidak lain dari Imam Ali as. Tetapi, Imam Ali menyembunyikan identitasnya kepada musafir tersebut. Keduanya sama-sama meneruskan perjalanan. Mereka lalui perjalanan bersama itu sambil berbincang-bincang. Tak lama kemudian, Imam Ali as mengetahui bahwa teman seperjalanannya itu bukan Muslim. Namun, Imam Ali tetap memprlakukannya dengan baik, sampai-sampai lelaki non Muslim itu merasakan persahabatan dan kecintaan terhadap Ali as. Tutur kata dan akhlak Imam Ali sedemikian baiknya sehingga telah meninggalkan kesan kepada lelaki itu, sampai-sampai dia melupakan rasa lelahnya.

Dia lalu berhenti sejenak dan berkata kepada Imam Ali, "Sungguh menakjubkan, kebetulan sejam yang lalu aku memohon teman seperjalanan untuk menemaniku agar beratnya perjalanan ini tidak terasa. Lihatlah betapa Allah telah mengabulkan permintaanku. Sampai kini, aku tidak pernah menemui orang sebaik dan sepintar engkau dalam berbicara."

Imam Ali hanya tersenyum ketika mendengar kata-kata lelaki ini dan  mereka kembali meneruskan perjalanan mereka. Perjalanan itu berakhir dengan dua arah. Satu jalan ke Kufah yang menjadi tempat tujuan Imam Ali as dan jalan kedua merupakan arah yang dituju lelaki non Muslim itu. Imam Ali tidak mengambil jalan ke arah Kufah dan terus berjalan mengikuti teman seperjalanannya. Lelaki itu sibuk berbicara sehingga tidak menyadari hal tersebut. Beberapa saat kemudian, dia menyadarinya dan bertanya, "Sahabatku, engkau telah salah memilih jalan, sewaktu di persimpangan tadi engkau seharusnya memilih jalan ke Kufah."

Imam Ali, "Aku tahu. Tetapi aku ingin mengiringimu sampai engkau menyelesaikan pembicaraanmu." Lelaki itu merasa takjub mendengar ucapan Imam Ali tersebut, lalu berkata, "Akhlakmu sungguh baik sekali. Aku ingin mengetahui lebih banyak tentang dirimu. Sebutkanlah namamu dan apakah pekerjaanmu?"

Imam Ali menjawab, "Sahabatku, aku adalah Ali bin Abi Thalib." Lelaki non Muslim itu yang sudah sering mendengar nama Ali dan mengetahui dia adalah pemimpin umat Islam, amat terkejut. Kebimbangan menyelimuti dirinya. Dia berkata sendirian, "Ya Tuhanku, sejak tadi hingga kini, ternyata aku sedang bersama khalifah umat Islam dan aku tidak mengetahuinya sama sekali.

Lalu, dia berkata kepada Imam Ali as, "Ketawadhu'an dan kebaikan akhlak Anda memang layak mendapat pujian. Apakah mereka yang dididik dengan ajaran Islam memiliki akhlak seperti Anda?"

Pada saat itu jendela ke arah cahaya dan hakikat terbuka di hadapan matanya. Imam Ali as kemudian menyampaikan ajaran Islam kepada musafir itu. Tidak berapa lama kemudian, dengan bimbingan Imam Ali, dia memeluk agama Islam dan bergabung dengan barisan kaum Mukmin. Dengan demikian, kebaikan, kelembutan, dan sifat baik Imam Ali as telah membuka hati lelaki non Muslim itu untuk menerima kebenaran ajaran Islam.

Rasulullah Saw bersabda, "Berlaku baiklah kepada sesama manusia. Mereka menyukai kalian selagi kalian hidup dan menangisi kalian ketika kalian meninggalkan dunia ini." (IRIB Indonesia)

Sabtu, 28 Juli 2012

Penemu Angka Nol...


Dunia Eropa / Barat dari dulu s/d sekarang sepertinya mengklaim bahwa Gudang Ilmu Pengetahuan berasal dari kawasan Eropa / Barat tapi tahukah anda, sejatinya asal Gudang Ilmu Pengetahuan berasal dari kawasan Timur Tengah yaitu Mesopotamia yang menjadi peradaban tertua di dunia.

Masyarakat dunia sangat mengenal Leonardo Fibonacci sebagai ahli matematika aljabar. Namun, dibalik kedigdayaan Leonardo Fibonacci sebagai ahli matematika aljabar ternyata hasil pemikirannya sangat dipengaruhi oleh ilmuwan Muslim bernama Muhammad bin Musa Al Khawarizmi. Dia adalah seorang tokoh yang dilahirkan di Khiva (Iraq) pada tahun 780. Selama ini banyak kaum terpelajar lebih mengenal para ahli matematika Eropa / Barat padahal sejatinya banyak ilmuwan Muslim yang menjadi rujukan para ahli matematika dari barat

Selain ahli dalam matematika al-Khawarizmi, yang kemudian menetap di Qutrubulli (sebalah barat Bagdad), juga seorang ahli geografi, sejarah dan juga seniman. Karya-karyanya dalam bidang matematika dimaktub dalam Kitabul Jama wat Tafriq dan Hisab al-Jabar wal Muqabla. Inilah yang menjadi rujukan para ilmuwan Eropa termasuk Leonardo Fibonacce serta Jacob Florence.

Muhammad bin Musa Al Khawarizmi inilah yang menemukan angka 0 (nol) yang hingga kini dipergunakan. Apa jadinya coba jika angka 0 (nol) tidak ditemukan coba? Selain itu, dia juga berjasa dalam ilmu ukur sudut melalui fungsi sinus dan tanget, persamaan linear dan kuadrat serta kalkulasi integrasi (kalkulus integral). Tabel ukur sudutnya (Tabel Sinus dan Tangent) adalah yang menjadi rujukan tabel ukur sudut saat ini.
angka 0 (nol)
al-Khawarizmi juga seorang ahli ilmu bumi. Karyanya Kitab Surat Al Ard menggambarkan secara detail bagian-bagian bumi. CA Nallino, penterjemah karya al-Khawarizmi ke dalam bahasa Latin, menegaskan bahwa tak ada seorang Eropa pun yang dapat menghasilkan karya seperti al-Khawarizmi ini.

Pembantaian Muslim Myanmar










Dimana Penerima nobel perdamaian Aung San Suu Kyi..? apakah ia sudah mulai tuli dan bisu...?
Dimana Media...? apakah terbunuh nya manusia sudah tidak penting lagi untuk di muat...?
Diamana Para Aktivis HAM...? yang selalu lantang membela kaum minoritas yang tertindas, Mungkinkah karena etnis Rohingya yang ditimpa kemalangan itu kebetulan beragama Islam — dan seperti kebanyakan kasus lain ketika umat Islam menjadi korban — maka para aktivis HAM menjadi tuli dan sariawan...?

Jumat, 27 Juli 2012

13 Rajab, Lahirnya Sang Putra Ka'bah


Tempat ibu imam Ali as masuk ke dalam Ka'bah sampai saat ini masih membekas, meskipun telah berulang kali mengalami perbaikan. Bagian belahan tersebut dikenal dengan nama, mustajar. Meski 1440 tahuntelah berlalu, retakan pada sisi Ka'bah tersebut masih terlihat dengan jelas meskipun telah berkali-kali mengalami renovasi dan upaya perbaikan.


Menurut Kantor Berita ABNA, Dari literatur klasik Sunni dan Syiah menuliskan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as lahir pada tanggal 13 Rajab 30 tahun setelah tahun gajah di kota Mekah tepatnya di dalam Ka'bah. Tempat ibu imam Ali as masuk ke dalam Ka'bah sampai saat ini masih membekas, meskipun telah berulang kali mengalami perbaikan. Bagian belahan tersebut dikenal dengan nama, mustajar. Setelah 1440 tahun berlalu, retakan pada sisi Ka'bah tersebut masih terlihat dengan jelas meskipun telah berkali-kali mengalami renovasi dan upaya perbaikan. Ini menunjukkan ke Maha Kuasaan Allah SWT yang hendak menyampaikan, imam Ali as bukan manusia biasa sebagaimana umumnya melainkan Wali Allah di muka bumi sebagai washi Rasulullah saww sebagaimana yang disampaikan Nabi saww dalam banyak sabdanya.
Diriwayatkan, Fathima binti Asad, istri Abu Thalib, dalam keadaan hamil tua datang ke Ka’bah untuk berdoa. Dia memohon agar dapat melahirkan bayinya dengan selamat.

Ketika dia sedang asyik berdoa dekat pintu Ka’bah, tiba-tiba dia terkejut melihat dinding Ka’bah retak dan terbuka lebar. Dinding itu terus terbuka dan semakin melebar sehingga Fathimah binti Asad pun tergerak memasuki Ka’bah melalui celah tersebut. Setelah dia berada di dalam Ka’bah, celah itu pun secara ajaib tertutup kembali sehingga kembali normal seperti semula dan Fathimah tertinggal di dalam Ka’bah.
Sebagian orang yang melihat kejadian tersebut segera menceritakan kepada orang lain apa yang dilihatnya. Orang-orang berdatangan setelah mendengar cerita mereka yang menyaksikan kejadian ajaib tersebut dan ingin melihat keajaiban tersebut. Mereka membawa kunci pintu Ka’bah dan berusaha membukanya. Anehnya lagi, pintu Ka’bah tidak jua dapat dibuka.

Nabi Muhammad Saw yang baru pulang dari sebuah perjalanan, melewati tempat kejadian, di mana banyak orang berkerumun di sekitar Ka’bah. Nabi Saw turun dari untanya dan menghampiri kerumunan orang. Beliau melihat beberapa orang berusaha membuka pintu Ka’bah tapi mengalami kegagalan. Nabi Saw meminta kunci tersebut dan mencoba membukanya. Dengan izin Allah, pintu pun dapat terbuka. Fathimah yang berada di dalam segera keluar dan membawa bayinya yang mungil yang baru saja dilahirkan.

Fathimah binti Asad menyodorkan bayinya ke Nabi, dan Nabi menggendong bayi kecil tersebut. Ketika berada di dalam gendongannya, sang bayi membuka matanya. Matanya yang jernih dan berkilat-kilat itu menatap wajah sang Nabi. Wajah Nabi Saw-lah yang pertama kali dilihatnya ketika pertama-tama dia membuka matanya. Dan bayi inilah yang kelak senantiasa membela Nabi Saw. Ibu sang bayi, Fathimah binti Asad, menamai bayinya Haydar (Singa), sementara Nabi Saw menamai bayi tersebut dengan nama ‘Ali (salah satu dari Asma al-Husna: Yang Maha Tinggi). Imam Ali bin Abi Thalib adalah satu-satunya orang yang pernah lahir di dalam Ka’bah. Di dalam syair-syairnya, Imam Ali sering menyebut dirinya dengan sebutan putra Ka’bah!

SURAT KHALIFAH UMAR KEPADA MU‘AWIYAH


Pengenalan

       Surat khalifah Umar kepada Mu‘awiyah di Syam telah terbongkar selepas pembunuhan al-Husain bin Ali a.s di Karbala’. Pembunuhan al-Husain bin Ali a.s pada 10 Muharram tahun 61 Hijrah, bukan sahaja menyedihkan keluarga Rasulullah s.a.w, malah seluruh umat Islam yang Mukminin (Ibn al-Athir , al-Kamil fi al-Tarikh , Cairo 1976, iii, hlm. 19 ).
       Perlantikan Mu‘awiyah sebagai gabenor di Syam telah berlaku selepas kematian abangnya Yazid bin Abu Sufyan di dalam pemerintahan Khalifah Abu Bakr di atas cadangan Umar bin al-Khattab. Malah Khalifah Abu Bakr terpaksa akur kepada cadangannya. Tetapi surat Khalifah Umar kepada Mu‘awiyah di dalam kajian sekarang adalah surat yang ditulis oleh beliau sendiri semasa pemerintahannya kepada Mu‘awiyah bin Abu Sufyan sebagai gabenornya di Syam.
           Pada mulanya Abdullah bin Umar bin al-Khattab telah menyeru orang ramai supaya menentang Yazid bin Mu‘awiyah di atas tindakannya membunuh al-Husain bin Ali di Karbala’. Tetapi sikapnya telah berubah selepas beliau dipanggil oleh Yazid bin Mu‘awiyah ke Istananya di Syam dan membaca surat bapanya yang ditulis kepada bapa Yazid; Mu‘awiyah bin Abu Sufyan. Surat Khalifah Umar kepada Mu‘awiyah adalah terjemahan dari buku Bihar al-Anwar, Beirut, 1995, oleh al- ‘Allamah al-Majlisi r.h.xxx, hlm. 287-299 ).

                                 Sanad Surat  Khalifah Umar

                    Abu l-Husain Muhammad bin Harun bin Musa al-Tala‘kabari telah memberitahu kami, beliau berkata: Bapaku r.a telah memberitahuku, beliau berkata: Abu Ali Muhammad bin Hammam berkata: Ja‘far Ibn Muhammad bin Malik al-Fazari al-Kufi telah memberitahuku, beliau berkata: Abdu r Rahman bin Sinan al-Sairafi telah memberitahuku daripada  Ja‘far bin Ali al-Hiwar daripada al-Hasan bin al-Miskan, daripada al-Mufadhdhal bin Umar al-Ja‘fi daripada Jabir al-Ja‘fi, daripada Sa‘id bin al-Musayyab, beliau berkata:
                       
                 Teks Terjemahan Peristiwa Karbala’, Dan Sikap Abullah
                                                   Bin Umar

              “Manakala al-Husain bin Ali a.s dibunuh, dan berita kematiannya tersibar di Madinah; tersibar berita pemotongan kepalanya dan dibawanya kepada Yazid bin Mu‘awiyah, pembunuhan lapan belas orang daripada keluarganya, pembunuhan lima puluh tiga lelaki daripada Syi‘ahnya, pembunuhan Ali, anak lelakinya yang masih kecil di hadapan beliau dan keluarganya dijadikan tawanan, lalu diadakan majlis pengkebumian (Ma’tam) di sisi isteri Nabi s.a.w di rumah Umm Salmah r.a, di rumah-rumah Muhajirin dan Ansar.            

             Beliau berkata: Abdullah bin Umar bin al-Khattab keluar dari rumahnya di dalam keadaan melaung-laungkan kepada orang ramai, menampar-nampar mukanya, mengonyak-ngoyak poket bajunya  dan berkata: Wahai kumpulan Bani Hasyim, Quraisy, Muhajirin dan Ansar! Adakah dihalalkan oleh  Rasulullah (s.a.w) pada keluarganya dan zuriatnya sedangkan kamu masih hidup diberi rezeki?

             Tidak ada keputusan tanpa Yazid. Beliau telah keluar dari Madinah di malam harinya melaung kepada orang ramai dan menggalakkan mereka menentang Yazid. Khabarnya beliau juga telah menulis kepada Yazid. Apabila  melalui di hadapan orang ramai, beliau melaknati Yazid. Mereka berkata: Ini adalah Abdullah bin Umar, Ibn khalifah Rasulullah (s.a.w) di mana beliau mengingkari perbuatan Yazid terhadap keluarga Rasulullah s.a.w,dan menggalakkan orang ramai menentang Yazid, dan sesungguhnya mereka yang tidak menyahuti seruan ini tidak ada baginya agama dan Islam”.

             Penduduk Syam telah menjadi gelisah. Yazid telah mendatangi Bab al-La‘in bersama-sama orang ramai, mereka membacakannya.Kemudian Yazid telah keluar kepadanya, lalu memberitahu kepadanya tentang kasih-sayangnya kepada Abdullah bin Umar. Beliau berkata: Ledakan kemarahan Abi Muhammad, sedikit masa lagi, akan meredakannya.Lalu beliau telah mengizinkanya datang seorang diri. Lantas beliau telah memasukinya di dalam keadaan melaung seraya berkata: Aku tidak akan masuk wahai Amir al-Mukminin! Sesungguhnya anda telah melakukan (kekejaman) terhadap Ahlu l-Bait Muhammad s.a.w, sekiranya Turkey dan Rome mampu untuk melakukannya, nescaya mereka tidak akan menghalalkan apa yang anda telah menghalalkannya. Mereka tidak akan melakukan apa yang anda telah melakukannya.

              Berdirilah anda dari permaidani ini sehingga Muslimun memilih orang yang lebih berhak.Yazid telah mengalu-ngalukannya dan memeluknya ke sisinya seraya berkata kepadanya: Wahai Abu Muhammad! Bawa bertenang dari ledakan kemarahan anda, dan berfikirlah.Lihatlah dengan mata anda dan dengarlah dengan telinga anda.

             Apa pendapat anda tentang bapa anda Umar bin al-Khattab.Adakah beliau penunjuk (hadian) khalifah Rasulullah (s.a.w), pembantunya, dan mertuanya melalui saudara perempuan anda Hafsah, dan beliau telah berkata: Beliau tidak menyembah Allah secara rahsia? Abdullah berkata: Beliau adalah sebagaimana anda telah perkatakannya. Apa pendapat anda mengenainya? Yazid berkata: Bapa anda telah melantik bapaku menjadi gabenor Syam atau bapaku telah melantik bapa anda menjadi khalifah Rasulullah (s.a.w)? Abdullah berkata: Bapaku telah melantik bapa anda gabenor Syam.

             Yazid berkata: Wahai Abu Muhammad! Adakah anda meredhainya dan meredhai janjinya kepada bapaku atau anda tidak meridhainya? Abdullah berkata: Malah aku meredhainya. Yazid berkata: Adakah anda meredhai bapa anda? Abdullah berkata: Ya, maka Yazid telah memegang tangan Abdullah  bin Umar dan berkata kepadanya: Berdirilah-Wahai Abu Muhammad- sehingga anda membacanya, lalu beliau telah berdiri bersamanya dan memasuki bilik khazanahnya, lalu beliau meminta satu peti.

             Kemudian beliau membukanya dan mengeluarkan darinya satu peti besi yang dikunci dan dicopkan. Lantas beliau mengeluarkan darinya scroll yang lembut diperbuat dari sutera. Beliau telah mengambil scroll dengan tangannya dan membukakannya. Kemudian beliau berkata: Wahai Abu Muhammad! Adakah ini tulisan bapa anda? Beliau menjawab: Ya, demi Tuhan.Maka beliau telah mengambilnya dengan tangannya dan mengucupnya. Beliau berkata kepadanya: bacalah.Maka Abdullah bin Umar telah membacanya, maka ini adalah kandungan suratnya:

             Teks Terjemahan Surat Khalifah Umar Kepada Mu‘awiyah
     
             “ Bismi l-Lahi r-Rahmani r-Rahim. Sesungguhnya beliaulah (nabi saw) yang telah memaksa kami dengan pedang (nya) supaya melakukan ikrar terhadapnya, maka kamipun melakukan ikrar tersebut. Sedangkan dada (kami) berdebar, jiwa (kami) bergelora.Niat dan bisikan hati (kami)  meragui dakwahnya kepada kami (al-Bukhari, Sahih, II, hlm. 111; Muslim, Sahih, IV, hlm.12,14 ), tetapi kami telah mentaatinya mengenainya, kerana mengilakkan pedangnya ke atas kami (Ata‘naa-hu raf‘an li-suyufi-hi  ‘alai-na). Apatah lagi semakin bertambahnya bilangan kabilah dari Yaman yang akan menentang kami. Dan sokongan daripada mereka yang telah meninggalkan agama mereka di kalangan Quraisy. Maka aku bersumpah dengan Hubal, semua berhala, al-Laata dan al-‘Uzza bahawa Umar tidak pernah mengingkarinya semenjak beliau menyembahnya! (Fa-bi-Hubalin uqsimu wa l-Asnaam,wa l-Authaan wa l-Laata wa l-‘Uzza ma jahada-ha …. muz ‘abada-ha) , tidak pernah menyembah Ka‘bah sebagai Tuhan, tidak  pernah membenarkan perkataan Muhammad dan keluarganya (wa la  ‘abada li l-Ka‘bah rabban wa la Saddaqa li-Muhammadin wa Ali-hi qaulan). Aku tidak memberi salam kepadanya melainkan untuk mengilakkan diri dari kebengisannya. Sesungguhnya beliau (Muhammad s.a.w) telah mengkemukakan kepada kami sihir yang besar. Sihirnya telah melebihi sihir Bani Israil bersama Musa dan Harun, Daud dan Sulaiman dan anak lelaki ibunya  Isa.

             Sesungguhnya beliau telah mengkemukakan kepada kami segala sihir yang telah dikemukakan kepada Bani Israil, bahkan melebihi sihir-sihir mereka. Sekiranya mereka menyaksikannya, nescaya mereka mengakuinya bahawa beliau adalah ketua tukang-tukang sihir (la-Aqarru la-hu bi-anna-hu sayyidu al-Saharah), maka berpeganglah-Wahai Ibn Abi Sufyan-kepada sunnah kaum anda dan pengikut agama anda serta setia kepada mereka yang terdahulu yang menentang binaan ini (Ka‘bah) di mana mereka berkata bahawa ia mempunyai Tuhan yang memerintahkan mereka supaya melakukan Sa‘yu di sekelilingnya dan Dia menjadikannya Kiblat untuk mereka. Justeru itu, mereka mengperakui solat dan Haji di mana mereka telah menjadikannya sebagai rukun. Mereka telah menyangka bahawa mereka dijadikan untuk Allah. Di kalangan mereka yang telah membantu Muhammad adalah lelaki Farsi ini (Salman). Mereka juga berkata bahawa sesungguhnya diwahyukan kepadanyanya Muhammad): “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangunkan untuk manusia (beribadat) ialah di makkah yang diberi berkat dan petunjuk untuk semesta alam” Surah Ali Imran 3:96.Dan kata-kata mereka “Sesungguhnya kami lihat berulan-ulang muka engkau (ya Muhammad) ke langit. Maka sesungguhnya kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau sukai. Maka hadaplah muka kamu ke arah masjid haram (ka‘bah) di mana kamu berada, maka hadaplah mukamu ke arahnya” Surah al-Baqarah 2:144.

             Mereka telah menjadikan solat mereka ke arah batu (al-Hijarah). Apakah yang membuat  beliau mengingkari kami- jika tidak kerana sihirnya- menyembah berhala-berhala; al-Laata wa l-‘Uzza yang terdiri dari batu, kayu, tembaga, dan emas, tidak-al-Laata wa l- ‘Uzza-kami tidak dapati sebab untuk keluar dari apa yang ada di sisi kami sekalipun mereka disihir dan ditipu. Lihatlah dengan mata yang terang dan dengarlah dengan telinga yang jaga. Perhatikanlah dengan hati  dan akal anda tentang kepercayaan  mereka. Bersyukurlah kepada al-Laata wa l- ‘Uzza (wa sykuri l-Laata wa l- ‘Uzza)  serta perlantikan Atiq bin ‘Abdu l- ‘Azza ke atas umat Muhammad, penguasaannya ke atas harta mereka, darah mereka, syari‘at mereka, diri mereka, halal mereka, haram mereka.

             Cukai hak yang mereka sangka bahawa mereka memungutnya untuk Tuhan mereka bagi menguatkan pembantu-pembantu mereka. Justeru itu, beliau (Umar) hidup  dengan mematuhinya secara terang-terangan, dan menghadapi kesulitan secara tersembunyi. Beliau tidak ada jalan lain melainkan bergaul dengan mereka

             Sesungguhnya aku telah melakukan tindakkan yang berani ke atas pemuda Bani Hasyim yang masyhur, benderanya yang menang dan pembantunya yang bernama Haidarah; menantu kepada Muhammad ke atas perempuan yang mereka telah menjadikannya Penghulu Wanita Sejagat (al-Bukhari, Sahih, II, hlm. 111; Muslim, Sahih, IV, hlm.12,14 ) di mana mereka menamakannya: Fatimah sehingga aku telah mendatangi rumah Ali, Fatimah, dua anak lelakinya al-Hasan dan al-Husain,  dua anak perempuan mereka berdua; Zainab dan Ummi Kalthum serta hamba perempuannya yang dipanggil al-Fidhdhah.

             Bersama-samaku adalah Khalid bin al-Walid, Qunfudh bekas hamba Abu Bakr dan beberapa sahabat kami yang khusus.Maka akupun telah mengetuk pintu mereka dengan kuat. Lantas hamba perempuan tersebut telah menjawabku. Aku berkata kepadanya: Katakan kepada Ali: Tinggalkanlah segala kebatilan dan jangan biarkan diri anda menjadi tamak kepada jawatan khalifah, kerana ianya bukanlah untuk anda, tetapi ia adalah bagi orang yang dipilih oleh Muslimun dan mereka bersetuju kepadanya.            

             Demi tuhan al-Laata wa l-‘Uzza, jika perkara ini hanya menurut pendapat Abu Bakr, nescaya ia pasti gagal mengganti khilafah Ibn Abi Kabsyah (Rasulullah s.a.w). Tetapi aku telah melakukan sesuatu untuknya; aku telah menumpukan pemerhatianku kepadanya dan aku telah berkata kepada dua kabilah Nazar dan Qahtan selepas aku berkata kepada mereka bahawa khilafah hanya untuk Quraisy. Justeru itu, taatilah mereka selama mereka mentaati Allah (Ibn Qutaibah , al-Imamah wa al-Siasah , I , hlm. 15-16)

             Sesungguhnya aku berkata  sedemikian adalah kerana ketangkasan Ali bin Abi Talib yang terdahulu dan  dan cintanya kepada darah yang ditumpahkannya di dalam peperangan-peperangan Muhammad dan pelaksanaan  hutang-hutangnya iaitu sebanyak 80 ribu Dirham (Al-Qunduzi l-Hanafi , Yanabi ‘ al-Mawaddah , hlm.89 ) Melakukan persedian peperangan, pengumpulan al-Qur’an dengan ushanya sendiri. Kata-kata Muhajirin dan Ansar manakala aku berkata bahawa Imamah adalah daripada Quraisy- Mereka berkata:  Si botak; Amir al-Mukminin Ali bin Abi Talib yang telah diambil baiah untuknya oleh Rasulullah s.a.w bagi semua penganut agamanya. Dan kami telah menerimanya memimpin Mukminin pada empat tempat.Jika kamu melupainya , maka kami tidak melupai Baiah, Imamah dan khilafah serta wasiat adalah hak yang benar difardhukan, bukanlah dengan sukarela (Tabarru‘an) dan dakwaan falsu (Iddi‘aan), lalu kami telah membohongi mereka (fa-Kadhdhibna-hum). Aku telah mengambil empat puluh orang lelaki menjadi saksi ke atas Muhammad bahawa Imamah adalah dengan pilihan (Ikhtiar).

             Ketika itu Ansar berkata: Kami lebih berhak daripada Quraisy, kerana kami telah melindungi, membantu mereka sedangkan orang ramai berhijrah kepada kami. Jika urusan ini diberikan kepadanya, maka urusan ini juga bukan untuk kamu, tanpa kami. Dan dia berkata: Bagi kami seorang Amir dan bagi kamu seorang Amir. Kami berkata kepada mereka: Sesungguhnya 40 orang lelaki telah menyaksikan bahawa para Imam adalah daripada Quraisy (Muslim, Sahih,  Cairo,1976, ii, hlm.213 ) Sebahagian mereka telah menerimanya dan sebahagian yang lain telah menolaknya. Lalu mereka bertengkar. Maka akupun berkata: Kenapa tidak memilih orang yang paling tua umurnya dan yang paling lembut di kalangan kita? Mereka berkata: Siapakah anda maksudkan?
             Aku berkata: Abu Bakr yang telah dikemukakan oleh Rasulullah s.a.w di dalam solat, dia telah duduk bersamanya di al-‘Arisy di Hari Badr bermesyuarat dengannya dan mengambil pendapatnya.Dia adalah sahabatnya di Gua (al-Ghar), suami anak perempuannya  ‘Aisyah yang di namakanya Umm al-Mukminin. Bani Hasyim datang di dalam keadaan marah disokong oleh al-Zubair dengan pedangnya yang masyhur dan berkata: Hanya Ali sahaja yang akan dibaiah atau aku akan memotong kepala dengan pedangku ini. Aku berkata: Wahai Zubair! Laungan anda adalah api kepada Bani Hasyim.Ibu anda  adalah Safiyyah binti Abdul Muttalib. Beliau berkata: Demikian itu adalah satu kehormatan.Wahai Ibn Hantamah, wahai Ibn Sahhak! Diam. Beliau telah berkata sesuatu.Kemudian empat puluh orang lelaki daripada mereka yang telah menghadiri Saqifah Bani Sa‘idah telah melompat ke atas al-Zubair.

             Demi Tuhan! Kami tidak mampu mengambil pedangnya di tangannya sehingga kami menjatuhkannya ke tanah.Kami tidak dapati pembantunya menentang kami. Maka aku telah melompat ke arah Abu Bakr, lalu aku memegang tangannya dan memberi baiah. Kemudian diikuti oleh Uthman bin Affan dan semua mereka yang hadir selain daripada al-Zubair. Kami telah berkata kepadanya: Baiahlah, jika tidak, kami akan membunuh anda (Baayi‘ au naqtulu-ka). Kemudian aku telah menghalang orang ramai daripadanya. Aku berkata: Kamu tegahlah beliau, Bani Hasyim memarahi tindakkanku. Aku telah memegang tangan Abu Bakr dan membuatnya berdiri.

             Beliau di dalam keadaan gementar. Fikirannya berbelah-bagi, lalu aku telah mendesaknya ke Minbar Muhammad. Beliau berkata kepadaku: Wahai Abu Hafs! Aku takut tindakkan Ali ke atasku. Aku berkata kepadanya: Sesungguhnya Ali sibuk untuk mengganggu anda. Abu Ubaidah bin al-Jarrah telah membantuku di dalam perkara tersebut. Beliaulah yang telah menghulur tangannya membantu Abu Bakr ke Minbar .

             Aku mendesaknya dari belakangnya seperti kambing kepada pisau yang tajam. Beliau telah berdiri di atasnya dengan kebingungan. Aku berkata kepadanya: Berucaplah! Beliau menjadi bingung dan kelu. Aku merapatkan tapak tanganku kerana memarahinya. Aku berkata kepadanya: Katakanlah apa saja. Tetapi beliau tidak memberi apa-apa kebaikan. Aku mahu menurunkannya dari Mimbar dan aku akan mengambil tempatnya (fa-arad-tu an ahutta-hu ‘ani l-minbar wa aquma maqama-hu) .
       
             Tetapi aku benci orang ramai akan membohongiku  pula tentang kata-kataku mengenainya. Orang ramai telah bertanyaku: Bagaimana pendapat anda tentang kelebihannya? Apakah yang anda telah mendengar daripada Rasulullah s.a.w tentang Abu Bakr? Aku telah berkata kepada mereka: Aku telah mendengar tentang kelebihannya daripada Rasulullah s.a.w bahawa jika aku menjadi  satu bulu di dadanya …dan bagiku ceritanya. Aku berkata: Katakanlah sesuatu, jika tidak, maka turunlah (Qul wa illa fa-anzil). Maka telah terserlah, demi Tuhan, pada mukaku dan beliau telah mengetahui jika beliau turun, nescaya aku akan menaikinya.

             Aku telah berkata kepadanya perkataan yang tidak mencerahkan kata-katanya. Beliau telah berkata dengan suara yang lemah: “Aku telah dilantik kepada kamu tetapi aku bukanlah orang yang paling baik daripada kamu sedangkan Ali pada kamu. Ketahuilah kamu bahawa bagiku Syaitan  sedang menggodaku (Ibn Qutaibah, al-Imamah wa al-Siasah, I, hlm.9-10). Beliau tidak maksudkannya selain daripadaku- Apabila aku tergelincir, maka kamu perbetulkan aku. Perlakuan sedemikian tidak menjatuhkan aku di hadapan kamu. Aku pohon istighfar kepada Allah untukku dan kamu”. Kemudian beliau turun dan aku memegang tangannya. Orang ramai sedang memerhatikannya. Akupun memegang tangannya dengan kuat dan aku mendudukkannya. Aku mengkemukakan orang ramai supaya memberi baiah kepadanya. Aku telah mengiringinya untuk memeriahkannya, dan berkatalah orang yang mengingkari baiahnya: Apakah Ali bin Abi Talib telah lakukan?

             Maka aku berkata: Beliau telah mencabutnya dari tengkuknya dan kurang penentangan orang ramai di dalam pemilihan mereka. Beliau hanya tinggal di rumah sahaja. Mereka telah memberi baiah kepada Abu Bakr di dalam keadaan benci. Manakala tersibar baiahnya, maka kami dapat tahu bahawa Ali membawa Fatimah, al-Hasan dan al-Husain ke rumah Muhajirin dan Ansar memperingatkan mereka tentang baiahnya ke atas kami pada empat tempat. Beliau telah menggesa mereka, lalu mereka menyediakan bantuan kepadanya di waktu malam dan menjauhinya di waktu siang.Maka aku telah mendatangi rumahnya berbincang bagi mengeluarkannya dari khilafah.

             Hambanya bernama Fidhdhah berkata-aku telah berkata kepadanya: Katakan kepada Ali: Supaya  beliau keluar memberi baiah kepada Abu Bakr di mana Muslimun telah bersepakat mengenainya. Beliau menjawab: Sesungguhnya Amir al-Mukminin a.s sibuk. Aku berkata kepadanya: Tinggalkan perkara ini dan katakan kepadanya supaya beliau keluar.

             Jika tidak kami akan memasukinya dan  mengeluarkannya secara paksaan (wa illa dakhal-na ‘alai-hi wa akhrajna-hu karhan). Lantas Fatimah keluar dan berdiri di balik pintu seraya berkata: Wahai orang yang sesat dan pembohong! (Ayyuha dh-Dhaalluun wa l-Mukazzibuun) Apakah yang kamu katakan? Apa yang kamu mahu? Maka aku berkata: Wahai Fatimah! Fatimah berkata: Apakah yang anda mahu wahai Umar? Maka aku berkata: Apakah gerangan sepupu anda di mana anda sendiri perlu menjawabnya dan beliau telah duduk di balik dinding?

             Beliau berkata kepadaku: Celaka anda. Beliau telah mengeluarkan aku, lantaran itu, beliau mesti mengukuhkannya dengan hujah.Setiap yang sesat pasti menipu. Aku berkata: Tinggalkanlah segala kebatilan anda dan cerita-cerita dongeng perempuan (seluruh semesta). Katakan kepada Ali supaya beliau keluar. Fatimah berkata; Tidak ada kasih dan kehormatan. Adakah dengan parti Syaitan anda menakut-nakutkan aku wahai Umar?

             Parti Syaitan adalah lemah.Maka aku berkata: Jika beliau tidak keluar, aku akan membawa kayu api dan aku akan menyalakan api ke atas keluarga rumah ini dan membakar mereka yang ada di dalamnya (In lam yakhruj ji’tu bi l-hatabi l-jazal wa adhramtu-ha naran ‘ala ahli hadha l-Bait wa ahriqu man fi-hi) atau Ali dibawa untuk melakukan baiah[1].Aku telah mengambil cemeti Qunfudh, maka akupun memukul (nya). Aku berkata kepada Khalid: Anda dan orang-orang kita hendaklah beramai-ramai mengumpulkan kayu api. Aku berkata: Sesungguhnya aku akan menyalakannya (Inni mudhrimu-ha) .

             Fatimah berkata: Wahai musuh Allah, musuh Rasul-Nya, dan musuh Amir al-Mukminin! Maka aku telah memukul tangan Fatimah dari pintu, kerana beliau telah menegahku dari membukanya. Aku telah menolaknya, kerana ia menyusahkan aku. Lantaran itu aku telah memukul dua tangannya dengan cemeti, lalu ia menyakitkannya. Aku telah mendengar laungan dan tangisan daripadanya. Aku hampir-hampir berlembut dengannya dan berpaling dari pintu, tetapi aku teringat dendam kesumat Ali, keterlibatannya di dalam pembunuhan ketua-ketua Arab, tipu daya Muhammad dan sihirnya ( wa kaida Muhammad wa sihri-hi), maka akupun telah menendang pintu itu. Perutnya telah melekat di pintu. Aku telah mendengar jeritannya dan aku kira ia telah meliputi seluruh Madinah (Ibid ).

             Beliau berkata: Wahai bapaku, wahai Rasulullah! Begitukah beliau (Umar) memperlakukan kepada kekasihmu dan anak perempuanmu. Wahai F[i]idhdhah! Peganglah aku, demi Allah, sesungguhnya kandunganku telah  dibunuh (Fa-qad wa Llahi, Qutila ma fi-Ihsya‘i min hamlin). Aku telah mendengarnya merintih di dalam keadaan beliau tersandar di dinding. Aku telah menolak pintu dan memasukinya. Maka beliau telah berhadapan denganku dengan muka yang telah menutup penglihatanku.

             Fatimah telah menepuk  tudung dua pipinya, lalu terputuslah anting-antingnya dan jatuh bertaburan di tanah. Ali pun keluar.Manakala aku dapat merasai kedatangannya, aku pun segera keluar rumah dan aku berkata kepada Khalid dan Qunfudh serta mereka  yang bersama mereka berdua: Aku telah terselamat dari perkara yang besar (Najautu min amrin ‘Azim).

             Di dalam riwayat yang lain: Aku telah melakukan jenayah yang besar di mana diriku tidak terasa selamat dengannya. Ini Ali telah keluar dari rumah di mana aku dan kamu tidak ada daya melawannya. Maka Ali pun keluar sedangkan dua tangan Fatimah  diangkat bagi mendedahkan pukulan terhadapnya; memohon kepada Allah Yang Maha Besar di atas apa yang telah berlaku. Ali meletakkan kain lembut ke atasnya dan berkata kepadanya: Wahai anak perempuan Rasulullah! Sesungguhnya Allah telah mengutus bapa anda sebagai rahmat kepada seluruh alam.
Demi Allah sekiranya anda membuka kepala anda memohon kepada Allah a.j untuk membinasakan makhluk ini, nescaya Dia menyahuti permohonan anda sehingga tidak tinggal lagi manusia di muka bumi ini.Kerana anda dan bapa anda adalah lebih besar di sisi Allah daripada Nuh(a.s) di mana telah tenggelam kerananya semua orang di muka bumi dan di bawah langit selain daripada mereka  yang berada di dalam bahteranya.Dan Dia telah membinasakan kaum Hud, kerana mereka telah membohonginya.

             Dia telah membinasakan kaum ‘Aad dengan angin yang kencang. Anda dan bapa anda lebih besar kemampuan daripada Hud. Dia telah menyiksa  kaum Thamud seramai dua belas ribu orang, kerana mereka telah membunuh unta betina. Justeru itu, Jadilah anda-wahai penghulu wanita -sebagai rahmat ke atas makhluk ini, dan janganlah anda menjadi sebagai azab. Perutnya bertambah sakit, lalu beliau memasuki rumah dan melahirkan janin. Kemudian Ali menamakannya: Muhsin.

             Aku telah mengumpulkan orang ramai, bukan kerana membanyakkan bilangan mereka bagi menentang Ali, tetapi bagi menguatkan mereka dan aku telah datang-ketika beliau dikepung- maka aku telah mengeluarkannya dari rumahnya dengan paksaan dan ditawan, kemudian aku telah mengheretkannya supaya memberi baiah. Sesungguhnya aku mengetahui dengan yakin, tanpa syak padanya bahawa jika aku dan kesemua mereka di muka bumi ini berusaha sekeras-kerasnya bagi memaksanya, nescaya kami tidak mampu memaksanya. Tetapi beliau lebih mengetahui tentang dirinya. Apabila aku tiba di Saqifah Bani Sa‘idah, Abu Bakr berdiri, dan mereka yang hadir  bersamanya mempersendakan Ali (Ibn Qutaibah , al-Imamah wa al-Siasah, I,  hlm.14-16 )

              Lantas Ali berkata: Wahai Umar! Adakah kamu suka aku mempercepatkan bagi kamu apa yang aku telah menangguhkan bagi kamu? Aku berkata: Tidak, wahai Amir al-Mukminin! Khalid bin al-Walid telah mendengarku, demi Tuhan, lalu beliau bersegera pergi kepada Abu Bakr. Abu Bakr telah berkata kepadanya: Apakah kaitanku dengan Umar…sebanyak tiga kali, orang ramai sedang mendengar.

             Manakala beliau memasuki al-Saqifah, Abu Bakr telah berlembut kepadanya.Maka aku telah berkata kepadanya: Anda telah memberi baiah wahai Abu l-Hasan! Beliau pun  berpaling, dan memberi penyaksian bahawa beliau tidak memberi baiah kepadanya, dan tidak pula menghulurkan tangannya kepadanya. Aku benci menuntutnya supaya melakukan baiah, nanti beliau akan mempercepatkan bagiku apa yang beliau telah menangguhkannya. Abu Bakr mahu jika beliau tidak melihat Ali di tempat itu, kerana takut dan gerun kepadanya. Ali telah kembali dari al-Saqifah dan kami telah bertanya tentangnya. Mereka berkata: Beliau telah pergi ke kubur Muhammad lalu  duduk di sampingnya. Aku dan Abu Bakr berdiri di sampingnya. Kami datang berjalan dan Abu Bakr barkata: Celaka anda wahai Umar! Apakah yang anda lakukan kepada Fatimah? Ini, demi Tuhan, adalah kerugian yang jelas. Aku berkata: Sesungguhnya perkara yang paling besar di atas kamu bahawa beliau tidak memberi baiah kepada kita dan aku tidak percaya bahawa orang ramai menolaknya. Beliau berkata: Apakah anda akan lakukan?

             Aku berkata: Anda berpura-pura bahawa beliau telah memberi baiah kepada anda di sisi kubur Muhammad.Maka kami telah mendatanginya dan beliau telah menjadikan kubur sebagai kiblat di dalam keadaan menyandarkan tapak tangannya di atas tanahnya. Dan di sampingnya Salmam, Abu Dhar, al-Miqdad, Ammar, dan Huzaifah bin al-Yaman. Maka kami pun duduk di sampingnya. Aku telah mencadangkan kepada Abu Bakr supaya meletakkan tangannya sebagaimana Ali meletakkannya dan mengakui  khilafah dari tangannya.

             Maka beliau telah melakukannya. Aku telah mengambil tangan Abu Bakr untuk menyapukan tangannya ke atas tangannya (Ali a.s) Dan aku berkata: Sesungguhnya beliau telah memberi baiah. Ali telah memegang tangannya, maka aku dan Abu Bakr berdiri dan aku akan berkata: Allah akan membalas kebaikan kepada Ali, kerana beliau tidak menegah dirinya dari memberi baiah kepada anda. Manakala aku menghadiri kubur Rasulullah s.a.w, tiba-tiba Abu Dhar Jundab bin Junadah al-Ghifari telah melompat dan melaung serta berkata: Demi Tuhan! Wahai musuh Allah! Ali tidak akan memberi baiah kepada Atiq. Begitulah seterusnya setiap kali kami bertemu dengan orang ramai, kami telah memberitahukan mereka tentang baiah Ali kepada Abu Bakr, tetapi Abu Dhar telah membohonginya (Ibn Qutaibah , al-Imamah wa al-Siasah ,I , hlm.14-16 )

             Demi Tuhan, beliau tidak pernah memberi baiah kepada kami pada masa pemerintahan Abu Bakr, pada masa pemerintahanku dan pada masa khalifah selepasku. Seramai dua belas orang lelaki tidak pernah memberi baiah kepada Abu Bakr dan kepadaku. Siapakah yang telah melakukan-Wahai Mu‘awiyah-perbuatanku dan siapakah yang telah bermesyuarat dengan musuh-musuhnya selain daripadaku?! Adapun anda, bapa anda Abu Sufyan dan saudara anda Utbah, maka aku mengetahui pembohongan kamu kepada Muhammad (s.a.w), tipu dayanya, kelakuannya dan tuntutannya di gua Hira’ untuk membunuhnya.

             Beliaulah yang telah mengumpulkan al-Ahzab bagi memeranginya dan penunggangan unta oleh bapa anda memimpin al-Ahzab serta kata-kata Muhammad: Allah melaknati si penunggang, pemandu dan penarik. Bapa anda adalah penunggang, saudara anda adalah pemandu, dan anda adalah penarik. Aku tidak melupai ibu anda Hindun. Beliau telah berusha dengan seorang  lelaki yang kejam sehingga beliau membunuh  Hamzah yang mereka telah menamakannya Asadu r-Rahman (Singa Yang Maha Pemurah) di bumi-Nya

             Beliau telah menikamnya dengan lembing. Beliau telah membelah hatinya dan mengambil hatinya serta membawanya kepada ibu anda.Maka Muhammad dengan sihirnya telah menyangka bahawa apabila beliau memasukkannya  ke mulutnya untuk memakannya, maka ianya menjadi batu. Lantaran itu, Muhammad dan para sahabatnya menamakannya: Akilatu l-Akbad (Pemakan hati). Kata-katanya di dalam bentuk syair bagi memusuhi Muhammad dan memeranginya:

  Kami adalah anak-anak perempuan Tariq
  kami berjalan di atas banta
  Seperti mutiara di leher
  Seperti Miski di tengah kepala
  Jika diterima kami peluk
  Jika ditolak kami berpisah dengan permusuhan.
  Kelihatan perempuannya dengan pakain kemerahan,
  muka dan kepala mereka terserlah
  bersedia memerangi Muhammad.

             Sesungguhnya kamu tidak menyerah dengan suka rela (Tau‘an). Sesungguhnya  kamu telah menyerah secara terpaksa (Karhan) di hari Pembukaan Makkah, maka beliau (Muhammad s.a.w) telah menjadikan kamu, saudaraku Zaid, Aqil saudara Ali bin Abi Talib dan al-Abbas bapa saudara mereka Tulaqa’ (Ibn al-Athir , al-Kamil fi al-Tarikh ,iii,  hlm.46-8 )

              Bapa anda berkata: Demi Tuhan, Wahai Ibn Abi Kabsyah! Aku akan memenuhi kuda-kuda dan bala  tentera menentang anda. Muhammad berkata: Diberitahu kepada orang ramai bahawa sesungguhnya beliau telah mengetahui apa yang ada pada dirinya atau Allah mencukupi syirik Abu Sufyan! Beliau memperlihatkan kepada orang ramai bahawa tidak ada seorang pun yang tinggi selain daripadaku, Ali dan orang yang selepasnya daripada Ahlu l-Baitnya. Maka sihirnya terbatal dan sia-sialah ushanya.

             Abu Bakr telah mendapatkannya dan aku selepasnya. Aku berharap, wahai Bani Umayyah, supaya kamu menjadikannya sebagai perayaan. Justeru itu, aku telah melantik anda dan aku menyalahi kata-katanya (Muhammad s.a.w). Aku tidak pedulikan karangan syairnya bahawa beliau berkata: Diwahyukan kepadaku wahyu daripada Tuhanku di dalam firmanNya: “ Dan pokok kayu yang dilaknati di dalam al-Qur’an” Maka beliau telah menyangka bahawa “pokok yang dilaknati itu” adalah kamu Bani Umayyah.

             Beliau telah menerangkan permusuhannya terhadap kamu sebagaimana Hasyim dan anak-anaknya adalah musuh Bani  Abd Syamsin. Aku- berserta peringatanku kepada anda-Wahai Mu‘wiyah!-menesihati anda, kerana kasihan belasku kepada anda, dan keresahan jiwa anda supaya anda mempercepatkan apa yang aku telah wasiatkan kepada anda tentang pelaksanaan syariat Muhammad (s.a.w) dan umatnya supaya anda  menjelaskan kepada mereka tuntutannya dengan cacian atau bergembira kerana kematian atau menolak apa yang dibawanya. Atau memperkecilkan apa yang dibawanya, nescaya kamu  akan termasuk orang yang binasa.

             Anda merendahkan apa yang anda angkat, anda meruntuhkan apa yang  anda telah membinanya. Berhati-hatilah anda jika anda memasuki Masjid Muhammad, dan mimbarnya. Benarkan Muhammad apa yang beliau bawa. Terimalah ia pada zahir. Zahirkanlah keperihatinan anda terhadap rakyat anda. Perlakulah dengan baik terhadap mereka. Berikan kepada mereka hadiah. Laksanalah hukum hudud pada mereka dan gandakanlah jenayah mereka di sebabkan Muhammad. Janganlah anda memperlihatkan mereka bahawa anda meninggalkan hukum Allah. Janganlah anda menentang fardhu. Janganlah anda mengubah Sunnah Muhammad, nescaya umat akan merusakkan kita. Bahkan lakukan kepada mereka  menurut keadaan masa. Bunuhlah mereka dengan tangan mereka. Perkuatkan mereka dengan pedang-pedang mereka. Berlembutlah terhadap mereka.

             Layanilah mereka dengan baik di majlis anda. Mulialah mereka di rumah anda. Bunuhlah mereka melalui ketua mereka. Zahirkan muka manis, malah tahankan kemarahan anda. Maafkan mereka, nescaya mereka akan mengasihi anda dan mentaati anda. Pemberontakan Ali dan kedua anaknya al-Hasan dan al-Husain tidak akan aman ke atas kami dan anda (Lihat, umpamanya, al-Qunduzi l-Hanafi , Yanabi‘ al-Mawaddah , hlm. 148-9)

             Jika anda boleh menyediakan kelengkapan, maka bersegeralah dan janganlah berpuas hati dengan perkara yang kecil.Tumpulah kepada perkara yang besar. Jagalah wasiatku dan janjiku kepada anda. Sembunyikannya dan jangan sekali-kali menzahirkannya (wa khfi-hi wa la tubdi-hi).Contohilah urusanku dan laranganku. Dan bangkitlah dengan ketaatan kepadaku. Jauhilah anda dari perselisihan denganku. Ikutlah jalan orang yang terdahulu anda. Tuntutlah dendam anda. Hapuskanlah kesan-kesan mereka. Sesungguhnya aku telah mengeluarkan kepada anda rahsi hatiku secara terang-terangan dan aku telah mengiringinya dengan kata-kataku:

  Mu‘awi sesungguhnya orang ramai telah besar urusan mereka
 Dengan dakwah mereka meliputi muka bumi ini
 Aku cenderung kepada agama mereka,tetapi  ia tidak menyakinkanku
 Aku menjauhi agama yang telah memecahkan belakangku
 Jika aku terlupa,aku tidak akan terlupa al-Walid,Syaibah
 Utbah,dan al-As di Badr
 Di bawah kecintaan hati telah menggigit kerana ketiadaan mereka
 Oleh Abu l-Hakam; aku maksudkan yang hina dari kemiskinan
 Mereka itu,maka tuntutlah-Wahai Mu‘awi-dendam mereka
 Dengan menghunuskan pedang Hind
 Hubungilah lelaki Syam secara keseluruhan
 Mereka adalah singa sementara yang lain senang dimusnahkan
 Bertawassullah secara mencapur-adukkan agama
 Yang telah mendatangi kita waktu silam mereka namakan sihir
 Menuntut dendam  yang berlalu kepada anda secara terang-terangan
 Kerana agama meliputi Bani Nadhir
 Anda tidak dapat membalas dendam melainkan dengan agama mereka
 Anda dibunuh dengan pedang mereka adalah yang baik dari Bani Nadhir
 Lantaran itu aku melantik kamu menjadi wali Syam dengan harapan
 Anda layak kembali kepada Sakhar.

             Beliau berkata: Manakala Abdullah bin Umar selesai membaca perjanjian Surat tersebut, beliau  berdiri di sisi Yazid, lalu beliau mengucup kepalanya. Dan beliau berkata: Segala puji bagi Allah-wahai Amir al-Mukminin!-kerana anda telah membunuh al-Syari Ibn al-Syari (Husain bin Ali a.s). Demi Allah! Bapaku tidak mengeluarkan (isihatinya) kepadaku sagaimana beliau telah menegeluarkannya kepada bapa anda.

             Demi Allah, tidak seorangpun daripada kumpulan Muhammad yang telah melihatku, akan suka dan meredhaiku. Maka Yazid telah memberi hadiah yang berharga kepadanya dan mengiringinya dengan penuh hormat. Maka Abdullah bin Umar telah keluar di sisinya di dalam keadaan riang-gembira. Orang ramai berkata kepadanya: Apakah beliau telah berkata kepada anda? Abdullah bin Umar berkata: Perkataan yang benar (Qaulan sadiqan lau wadad-tu inni kuntu musyarika-hu fi-hi). Aku mahu jika aku telah bersyarikat dengannya (Yazid) mengenainya (Pembunuhan al-Husain bin Ali a.s). Beliau telah berjalan pulang ke Madinah, dan jawapan yang diberikan kepada mereka yang bertemu dengannya adalah sama”.

                                               Kesimpulan

                    Surat Khalifah Umar bin al-Khattab kepada Mu‘awiyah bin Abu Sufyan mempunyai keistimewaannya yang tersendiri dari berbagai-bagai sudut di mana pembaca dapat menilainya sendiri. Tidak dapat dinafikan bahawa peristiwa Karbala’ telah menjadi penyabab kepada pendedahan Surat tersebut, kerana Yazid bin Mu‘awiyah ingin membenteraskan sokongan Abdullah bin Umar terhadap kesyahidan al-Husain bin Ali a.s  yang akan menyumbang kepada kejatuhan kerajaannya dengan mengkemukakan surat rahsi yang ditulis oleh bapanya  Khalifah Umar kepada bapa Yazid; Mu‘awiyah.

             Nampaknya pendedahan surat tersebut telah berjaya mengubah pendirian Abdullah bin Umar terhadap peristiwa Karbala’. Justeru itu, kandungan surat tersebut hendaklah dilihat dari aspek ketuhanan, kerasulan, kecintaan kepada Ahlu l-Bait a.s dan lain-lain, kerana ia menjadi penilai hakiki kepada seorang Muslim. Allah lebih mengetahui segala-galanya.

Kekafiran Mayoritas sahabat menurut catatan al- Bukhari Dan Muslim


                                                                                  I
       Definisi kekafiran

Perkataan “kekafiran” adalah pecahan daripada perkataan “kafir”. Menurut Kamus Dewan, perkataan “kekafiran” memberi pengertian sifat-sifat kafir.Dan kafir adalah orang yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya Sementara perkataan “mengkafir atau mengafir” bererti menganggap kafir atau mengatakan kafir (Kamus Dewan, hlm. 514). Perkataan “murtad” bererti seorang keluar daripada agamanya, tidak setia kepada agamanya (Kamus Dewan, hlm. 846) Justeru itu orang Islam yang menjadi kafir atau murtad adalah orang yang keluar agama Islam.
Kajian mengenai para sahabat yang telah menjadi kafir-murtad selepas kewafatan Nabi (Saw.) amat mencemaskan, tetapi ianya suatu hakikat yang tidak dapat dinafikan oleh sesiapapun kerana ia telah dicatat oleh al-Bukhari dan Muslim di dalam Sahih-Sahih mereka di mana kedua dua kitab tersebut dinilai sebagai kitab yang paling Sahih selepas al-Qur’an oleh Ahlu s-Sunnah wa l-Jama‘ah sendiri. Di samping itu ia juga telah dicatat oleh pengumpul-pengumpul Hadis daripada mazhab Ahlu l-Bait(a.s) di dalam buku-buku mereka.
Amatlah dikesali bahawa kaum Wahabi yang menyamar sebagai Ahlu s-Sunnah wa l-Jama‘ah sentiasa menyamarakkan sentimen anti Syi‘ah dengan slogan “Syi‘ah mengkafirkan para sahabat” bagi mendapatkan sokongan orang ramai kepada gerakan mereka.Walau bagaimanapun rencana ringkas ini sekadar mendedahkan hakikat sebenar  bagi menjawab tuduhan tersebut, dan tidak sekali-kali bertujuan meresahkan kaum Muslimin di rantau ini.
Sekiranya al-Bukhari dan Muslim telah mencatat kekafiran majoriti para sahabat selepas kewafatan Nabi (Saw.) di dalam Sahih-Sahih mereka, kenapa kita menolaknya dan melemparkan kemarahan kepada orang lain pula? Dan jika mereka berdua berbohong, merekalah yang berdosa dan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah (swt) Dan jika kita Ahlu s-Sunnah Nabi (Saw.), nescaya kita menerimanya. Jika tidak, kitalah Ahli anti Sunnah atau Hadis Nabi (Saw.)

Definisi sahabat

Berbagai pendapat mengenai definisi sahabat telah dikemukakan. Ada pendapat yang mengatakan: "Sesiapa yang bersahabat dengan Nabi (Saw.) atau melihatnya daripada orang-orang Islam, maka ia adalah daripada para sahabatnya."
Definisi inilah yang dipegang oleh al-Bukhari di dalam Sahihnya (al-Bukhari, Sahih, v, hlm.1). Sementara gurunya Ali bin al-Madini berpendapat: Sesiapa yang bersahabat dengan Nabi (Saw.) atau melihatnya, sekalipun satu jam di siang hari, adalah sahabatnya (Ibid). Manakala al-Zain al-Iraqi berkata: "Sahabat adalah sesiapa yang berjumpa dengan Nabi sebagai seorang Muslim, kemudian mati di dalam Islam." Said bin Musayyab berpendapat: "Sesiapa yang tinggal bersama Nabi selama satu tahun atau berperang bersamanya satu peperangan."
Pendapat ini tidak boleh dilaksanakan kerana ianya mengeluarkan sahabat-sahabat yang tinggal kurang daripada satu tahun bersama Nabi (Saw.) dan sahabat-sahabat yang tidak ikut berperang bersamanya.Ibn Hajar berkata: "Definisi tersebut tidak boleh diterima (Ibn Hajr, Fath al-Bari, viii, hlm.1)
Ibn al-Hajib menceritakan pendapat 'Umru bin Yahya yang mensyaratkan seorang itu tinggal bersama Nabi (Saw.) dalam masa yang lama dan "mengambil (hadith) daripadanya (Syarh al-Fiqh al-‘Iraqi, hlm.4-3) Ada juga pendapat yang mengatakan: "Sahabat adalah orang Muslim yang melihat Nabi (Saw.) dalam masa yang pendek(Ibid). 
                        
Kedudukan para sahabat

Kedudukan para sahabat di bahagikan kepada tiga:

1. Sahabat semuanya adil dan mereka adalah para mujtahid. Ini adalah pendapat Ahlu s- Sunnah wa l-Jama‘ah.
2. Sahabat seperti orang lain, ada yang adil dan ada yang fasiq kerana mereka dinilai berdasarkan perbuatan mereka. Justeru itu yang baik diberi ganjaran kerana kebaikannya. Sebaliknya yang jahat dibalas dengan kejahatannya. Ini adalah pendapat mazhab Ahlu l-Bait Rasulullah (Saw.) atau Syi‘ah atau Imam Dua belas.
3. Semua sahabat adalah kafir-semoga dijauhi Allah-Ini adalah pendapat Khawarij yang terkeluar daripada Islam.
                                                                                         II

Dikemukan dibawah ini lima hadis daripada Sahih al-Bukhari (Al-Bukhari, Sahih, (Arabic-English), by Dr.Muhammad Muhammad Muhsin Khan, Islamic University, Medina al-Munawwara, Kazi Publications, Chicago, USA1987, jilid viii, hlm.378-384 (Kitab ar-Riqaq,bab fi l-Haudh)dan enam hadis dari Sahih Muslim Muslim, Sahih, edisi Muhammad Fuad  ‘Abdu l-Baqi, Cairo, 1339H, 


  Terjemahan hadis-hadis dari Sahih al-Bukhari                


1. Hadis no. 578. Daripada Abdullah bahawa Nabi(Saw.) bersabda: Aku akan mendahului kamu di Haudh dan sebahagian daripada kamu akan dibawa di hadapanku.Kemudian mereka akan dipisahkan jauh daripadaku.Aku akan bersabda: wahai Tuhanku! Mereka itu adalah para sahabatku (ashabi). Maka dijawab: Sesungguhnya anda tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh mereka selepas anda meninggalkan mereka (inna-ka la tadri ma ahdathu ba‘da-ka)

2. Hadis no. 584. Daripada Anas daripada Nabi (Saw.) bersabda: Sebahagian daripada sahabatku akan datang kepadaku di Haudh (Sungai atau Kolam Susu) sehingga aku mengenali mereka, lantas mereka dibawa jauh daripadaku. Kemudian aku akan bersabda:Para sahabatku (ashabi)! Maka dia (Malaikat) berkata: Anda tidak mengetahui apa yang lakukan oleh mereka selepas anda meninggalkan mereka (inna-ka la adri ma ahdathu ba‘da-ka)

3. Hadis no. 585. Abu Hazim daripada Sahl bin Sa‘d daripada Nabi (Saw.) Nabi (Saw.) bersabda: Aku akan mendahului kamu di Haudh. Dan siapa yang akan melaluinya akan miminumnya. Dan siapa yang meminumnya tidak akan dahaga selama-lamanya.Akan datang kepadaku beberapa orang yang aku kenali,dan mereka juga mengenaliku.Kemudian dihalang di antaraku dan mereka. Abu Hazim berkata : Nu‘man bin Abi  ‘Iyasy berkata selepas mendengarku: Adakah anda telah  mendengar  sedemikian daripada Sahl? Aku menjawab: Aku naik saksi bahawa aku telah mendengar Abu Sa‘id al-Khudri berkata perkara yang sama, malah dia menambah: Nabi (Saw.) bersabda: Aku akan bersabda: mereka itu adalah daripadaku (ashabi). Maka dijawab: “Sesungguhnya anda tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh mereka selepas anda meninggalkan mereka Aku akan bersabda:Jauh!Jauh! (daripada rahmat Allah)  atau ke Neraka mereka yang telah mengubah atau menukarkan (hukum Allah dan Sunnahku) selepasku (suhqan suhqan li-man ghayyara ba‘di) ”
           Abu Hurairah berkata bahawa Rasulullah (Saw.) bersabda: Sekumpulan daripada para sahabatku akan datang kepadaku di Hari Kiamat. Kemudian mereka akan diusir jauh dari Haudh.Maka aku akan bersabda: Wahai Tuhanku!mereka itu adalah para sahabatku (ashabi). Dijawab: Sesungguhnya anda tidak mengetahui apa  yang mereka lakukan selepas anda meninggalkan mereka (inna-ka la  ‘ilma la-ka bima ahdathu ba‘da-ka) Sesungguhnya mereka telah menjadi kafir-murtad kebelakang (irtaddu  ‘ala a‘qabi-bi-himu l-Qahqariyy)

4. Hadis no. 586. Daripada Ibn Musayyab bahawa Nabi (Saw.) bersabda: Sebahagian daripada para sahabatku akan mendatangiku
di Haudh, dan mereka akan dipisahkan dari Haudh.Maka aku berkata:Wahai Tuhanku! Mereka adalah para sahabatku (ashabi), maka akan dijawab: Sesungguhnya anda tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh mereka selepas anda meninggalkan mereka.Sesungguhnya mereka telah menjadi kafir-murtad ke belakang selepas anda meninggalkan mereka (inna-hum irtaddu ba ‘da-ka  ‘ala Adbari-ka l-Qahqariyy)

5.Hadis no.587. Daripada Abu Hurairah bahawa Nabi (Saw.)bersabda: Manakala aku sedang tidur, tiba-tiba sekumpulan (para sahabatku) datang kepadaku. Apabila aku mengenali mereka,tiba-tiba seorang lelaki (Malaikat) keluar di antara aku dan mereka. Dia berkata kepada mereka : Datang kemari.Aku bertanya kepadanya: Ke mana? Dia menjawab: Ke Neraka,demi Allah. Aku pun bertanya lagi: Apakah kesalahan mereka? Dia menjawab: Mereka telah menjadi kafir-murtad selepas kamu meninggalkan mereka( inna-hum irtaddu ba‘da-ka  ‘ala Adbari-himi l-Qahqariyy). Justeru itu aku tidak melihat mereka terselamat melainkan (beberapa orang sahaja) sepertilah unta yang tersesat atau terbiar daripada pengembalanya (fala ara-hu yakhlusu min-hum illa mithlu hamali n-Na‘ am).

                    Terjemahan hadis-hadis dari Sahih Muslim


1. Hadis no.26. (2290) Daripada Abi Hazim berkata: Aku telah mendengar Sahlan berkata:Aku telah mendengar Nabi (Saw.) bersabda: Aku akan mendahului kamu di Haudh.Siapa yang melaluinya, dia akan meminumnya. Dan siapa yang meminumnya, dia tidak akan dahaga selama-lamanya.Akan datang kepadaku beberapa orang yang aku mengenali mereka dan mereka mengenaliku (para sahabatku). Kemudian dipisahkan di antaraku dan mereka.Abu Hazim berkata: Nu‘man bin Abi ‘Iyasy telah mendengarnya dan aku telah memberitahu mereka tentang Hadis ini. Maka dia berkata:Adakah anda telah mendengar Sahlan berkata sedemikian? Dia berkata: Ya.

(2291) Dia berkata: Aku naik saksi  bahawa aku telah mendengar Abu Sa‘id al-Khudri menambah: Dia berkata: Sesungguhnya mereka itu adalah daripadaku (inna-hum min-ni). Dan dijawab: Sesungguhnya anda tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh mereka selepas anda meninggalkan mereka (inna-ka la tadri ma ahdathu ba‘da-ka). Maka aku (Nabi (Saw.) bersabda: Jauh !Jauh! (daripada rahmat Allah)/ke Neraka mereka yang telah mengubah atau menukarkan (hukum Tuhanku dan Sunnahku) selepasku (Suhqan suhqan li-man baddala ba‘di)

2. Hadis no.27 (2293) Dia berkata:Asma‘ binti Abu Bakr berkata: Rasulullah (Saw.) bersabda: Sesungguhnya aku akan berada di Haudh sehingga aku melihat mereka yang datang kepadaku dikalangan kamu (man yaridu  ‘alayya min-kum). Dan mereka akan ditarik dengan pantas (daripadaku), maka aku akan bersabda: Wahai Tuhanku! Mereka itu daripada (para sahabat)ku dan daripada umatku. Dijawab: Tidakkah anda merasai atau menyedari apa yang dilakukan oleh mereka selepas anda meninggalkan mereka (amma sya‘arta ma ‘amilu ba‘da-ka)? Demi Allah, mereka sentiasa mengundur ke belakang (kembali kepada kekafiran) selepas anda meninggalkan mereka (Wa Llahi!Ma barihu ba‘da-ka yarji‘un  ‘ala a‘qabi-him)Dia berkata:Ibn Abi Mulaikah berkata: “Wahai Tuhanku! Sesungguhnya kami memohon perlindungan daripadaMu supaya kami tidak mengundur ke belakang (kembali kepada kekafiran) atau kami difitnahkan tentang agama kami”

3. Hadis no. 28. (2294) Daripada  ‘Aisyah berkata: Aku telah mendengar Nabi (Saw.) bersabda ketika beliau berada di kalangan para sahabatnya (ashabi-hi): Aku akan menunggu mereka di kalangan kamu yang akan datang kepadaku. Demi Allah! Mereka akan ditarik dengan pantas dariku. Maka aku akan bersabda: Wahai Tuhanku! Mereka adalah daripada (para sahabat) ku dan daripada umatku. Dijawab: Sesungguhnya anda tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh mereka selepas anda meninggalkan mereka (inna-ka la tadri ma  ‘amilu ba‘da-ka). Mereka sentiasa mengundur ke belakang(kembali kepada kekafiran) (Ma zalu yarji‘un ‘ala a‘qabi-him)

4. Hadis no.29 (2295) Daripada Abdullah bin Rafi‘; Maula Ummi Salmah; isteri Nabi (Saw.)Rasulullah (Saw.) bersabda: Sesungguhnya aku akan mendahului kamu di Haudh. Tidak seorang daripada kamu(para sahabatku) akan datang kepadaku sehingga dia akan dihalau/diusir daripadaku(fa-yudhabbu ‘anni) sebagaimana  dihalau/diusir unta yang tersesat (ka-ma yudhabbu l-Ba‘iru dh-Dhallu). Aku akan bersabda: Apakah salahnya?  Dijawab: Sesungguhnya anda tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh mereka selepas anda meninggalkan mereka (inna-ka la tadri ma ahdathu ba‘da-ka)Maka aku bersabda:Jauh! (daripada  rahmat Allah) (suhqan).

5. Hadis no.32 (2297) Daripada Abdillah, Rasulullah (Saw.) bersabda: Aku akan mendahului kamu di Haudh. Dan aku akan bertelagah dengan mereka (aqwaman). Kemudian aku akan menguasai mereka.Maka aku bersabda: Wahai Tuhanku! Mereka itu adalah para sahabatku.Mereka itu adalah para sahabatku (Ya Rabb! Ashabi, ashabi). Lantas dijawab: Sesungguhnya anda tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh mereka selepas anda meninggalkan mereka (inna-ka la tadri ma ahdathu ba‘da-ka)

6. Hadis no.40. (2304) Daripada Anas bin Malik bahawa Nabi (Saw.) bersabda: Akan datang kepadaku di Haudh beberapa lelaki (rijalun) daripada mereka yang telah bersahabat denganku (mimman sahabani) sehingga aku melihat mereka diangkat kepadaku.Kemudian mereka dipisahkan daripadaku. Maka aku akan bersabda: Wahai Tuhanku! Mereka adalah para sahabatku. Mereka adalah para sahabatku (Usaihabi) Akan dijawab kepadaku: Sesungguhnya anda tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh mereka selepas anda meninggalkan mereka (inna-ka la tadri ma ahdathu ba‘da-ka).

     Perkataan-perkataan yang penting di dalam hadis-hadis tersebut.

Daripada hadis-hadis di atas kita dapati al-Bukhari telah menyebut perkataan:
a. Ashabi (para sahabatku) secara literal sebanyak empat kali
b. Inna-ka la tadri atau la  ‘ilma la-ka ma ahdathu ba‘da-ka (Sesungguhnya anda tidak mengetahui apa yang dilakukan(ahdathu) oleh mereka selepas anda meninggalkan mereka) sebanyak tiga kali. Perkataan ahdathu bererti mereka telah melakukan bid‘ah-bid‘ah atau inovasi yang menyalahi al-Qur’an dan Sunnah nabi (Saw.).
c. Inna-hum  Irtaddu (Sesungguhnya mereka telah menjadi kafir-murtad) sebanyak empat kali.
d. Suhqan suhqan li-man gyayara ba‘di (Jauh! Jauh! (daripada rahmat Allah) atau ke Nerakalah mereka yang telah mengubah atau menukarkan-hukum Tuhanku dan Sunnahku- selepasku) satu kali. Perkataan “Ghayyara” bererti mengubah atau menukarkan hukum Allah dan Sunnah Nabi-Nya.
e. Fala arahu yakhlusu minhum mithlu hamali n-Na‘am (Aku tidak fikir mereka terselamat melainkan (beberapa orang sahaja) sepertilah unta yang tersesat atau terbiar daripada pengembalanya) satu kali.

Sementara Muslim telah menyebut perkataan:

a. Ashabi (para sahabatku) secara literal satu kali.
b. Ashabi-hi (para sahabatnya) satu kali,
c. Sahaba-ni ( bersahabat denganku) satu kali
d. Usaihabi (para sahabatku) dua kali.
e. Innaka la tadri ma ahdathu ba‘da-ka (sesungguhnya anda tidak mengetahui apa yang dilakukan(ahdathu) oleh mereka selepas anda meninggalkan mereka) tiga kali.
f. Inna-ka la tadri atau sya‘arta ma  ‘amilu ba‘da-ka (Sesungguhnya anda tidak mengetahui atau menyedari apa yang dilakukan (ma ‘amilu) oleh mereka selepas anda meninggalkan mereka) tiga kali . Perkataan “Ma ‘amilu” (Apa yang dilakukan oleh mereka) adalah amalan-amalan yang menyalahi hukum Allah dan Sunnah Nabi-Nya.
g. Ma barihu atau Ma zalu Yarji‘un  ‘ala a‘qabi-him (mereka sentiasa kembali kepada kekafiran) dua kali
h. Suhqan suhqan li-man baddala  ba‘di (Jauh! Jauh! (daripada rahmat Allah) atau  ke Nerakalah mereka yang telah mengganti atau  mengubah atau  menukar-hukum Tuhanku dan Sunnahku- selepasku) satu kali. Perkataan “Baddala” bererti mengganti atau mengubah atau menukar hukum Allah dan Sunnah Nabi-Nya.
Justeru itu sebab-sebab  mereka menjadi kafir-murtad menurut al-Bukhari dan Muslim adalah kerana mereka:
(1)  Ahdathu=Irtaddu atau  yarji‘un ‘ala a‘qabi-him
(2) ‘Amilu   =Irtaddu atau  yarji‘un ‘ala a‘qabi-him
(3) Ghayyaru=Irtaddu atau  yarji‘un ‘ala a‘qabi-him
(4) Baddalu=Irtaddu atau yarji‘un ‘ala a‘qabi-him

                                                     III

Ini bererti mereka yang telah mengubah hukum-Nya dan Sunnah Nabi-Nya dilaknati(mal‘unin). Lantaran itu sebarang justifikasi (tabrirat) seperti Maslahah, Masalihu l-Mursalah, Saddu dh-Dhara’i‘, Maqasidu sy-Syari‘ah‘, dan sebagainya bagi mengubah atau menukar atau menangguh atau membatalkan sebahagian hukum Allah dan Sunnah Nabi-Nya adalah bertentangan dengan al-Qur’an dan Sunnah Nabi (Saw.). Jika mereka terus melakukan sedemikian, maka mereka bukanlah Ahlu s-Sunnah Nabi (Saw.), malah mereka adalah Ahli anti Sunnah nabi (Saw.)
Sebab utama yang membawa mereka menjadi kafir-murtad (Irtaddu atau La yazalun yarji‘un ‘ala  a‘qabi-him) di dalan hadis-hadis tersebut adalah kerana mereka telah mengubah sebahagian hukum Allah dan Sunnah Nabi-Nya (baddalu wa ghayyaru) dengan melakukan berbagai bid‘ah (ahdathu)  dan amalan-amalan (‘amilu) yang menyalahi al-Qur’an dan Sunnah Nabi (Saw.). Perkara yang sama akan berlaku kepada kita di abad ini jika kita melakukan perkara yang sama. Menurut al-Bukhari dan Muslim,hanya sebilangan kecil daripada mereka terselamat seperti bilangan unta yang tersesat atau terbiar (mithlu hamali n-Na‘am). Justeru itu konsep keadilan semua para sahabat yang diciptakan oleh Abu l-Hasan al-Asy‘ari (al-Asy‘ari, al-Ibanah, cairo, 1958, hlm.12) dan dijadikan akidah Ahlu s-Sunnah wa l-Jama‘ah adalah bertentangan dengan hadis-hadis tersebut.

Walau bagaimanapun hadis-hadis tersebut adalah bertepatan dengan firma-Nya di dalam Surah al-Saba’ (34):131 “Dan sedikit daripada hamba-hambaKu yang bersyukur”, firman-Nya di dalam Surah Yusuf (12):103 “Dan kebanyakan manusia bukanlah orang-orang yang beriman, meskipun engkau harapkan”, dan firman-Nya di dalam Surah Sad (38):24 “Melainkan orang-orang yang beriman,dan beramal salih, tetapi sedikit (bilangan) mereka” Dia berfirman kepada Nuh di dalam Surah hud (11):40 “ Dan tiadalah beriman bersamanya melainkan sedikit sahaja.” Mukminun adalah sedikit.Justeru itu tidak hairanlah jika di kalangan Para sahabat ada yang telah mengubah Sunnah Nabi (Saw.), tidak meredhai keputusan yang dibuat oleh Nabi (Saw.) Malah mereka menuduh beliau melakukannya kerana kepentingan diri sendiri dan bukan kerana Allah (swt).
Al-Bukhari di dalam Sahihnya, Jilid IV, hlm. 47 bab al-Sabr 'Ala al-Adha meriwayatkan bahawa al-A'masy telah memberitahu kami bahawa dia berkata: "Aku mendengar Syaqiq berkata: "Abdullah berkata: Suatu hari Nabi (Saw.) telah membahagikan-bahagikan sesuatu kepada para sahabatnya sebagaimana biasa dilakukannya. Tiba-tiba seorang Ansar mengkritiknya seraya berkata: "Sesungguhnya pembahagian ini bukanlah kerana Allah (swt).Akupun berkata kepadanya bahawa aku akan memberitahu Nabi (Saw.) mengenai kata-katanya. Akupun mendatangi beliau ketika itu beliau berada bersama para sahabatnya. Lalu aku memberitahukan beliau apa yang berlaku. Tiba-tiba mukanya berubah dan menjadi marah sehingga aku menyesal memberitahukannya. Kemudian beliau bersabda:"Musa disakiti lebih dari itu tetapi beliau bersabar."

Perhatikanlah bagaimana perlakuan (ma ‘amilu) sahabat terhadap Nabi (Saw.)! Tidakkah apa yang diucapkan oleh Nabi (Saw.)  itu adalah wahyu? Tidakkah keputusan Nabi (Saw.)  itu harus ditaati? Tetapi mereka tidak mentaatinya kerana mereka tidak mempercayai kemaksuman Nabi (Saw.).
Al-Bukhari di dalam Sahihnya, Jilid IV, Kitab al-Adab bab Man lam yuwajih al-Nas bi l-'Itab berkata: "Aisyah berkata: Nabi (Saw.)  pernah melakukan sesuatu kemudian membenarkan para sahabat untuk melakukannya. Tetapi sebahagian para sahabat tidak melakukannya. Kemudian berita ini sampai kepada Nabi (Saw.), maka beliau memberi khutbah memuji Allah kemudian bersabda: "Kenapa mereka menjauhi dari melakukannya perkara yang aku melakukannnya. Demi Allah, sesungguhnya aku lebih mengetahui dari mereka tentang Allah dan lebih takut kepadaNya dari mereka."

Al-Bukhari juga di dalam Sahihnya Jilid IV, hlm. 49 bab al-Tabassum wa al-Dhahak (senyum dan ketawa) meriwayatkan bahawa Anas bin Malik telah memberitahukan kami bahawa dia berkata: "Aku berjalan bersama Rasulullah (Saw.) di waktu itu beliau memakai burdah (pakaian) Najrani yang tebal. Tiba-tiba datang seorang Badwi lalu menarik pakaian Nabi (Saw.) dengan kuat." Anas berkata: "Aku melihat kulit leher Nabi (Saw.) menjadi lebam akibat tarikan kuat yang dilakukan oleh Badwi tersebut. Kemudian dia (Badwi) berkata: Wahai Muhammad! Berikan kepadaku sebahagian dari harta Allah yang berada di sisi anda. Maka Nabi (Saw.) berpaling kepadanya dan ketawa lalu menyuruh sahabatnya supaya memberikan kepadanya."
Di kalangan mereka ada yang telah menghina Nabi (Saw.)dan  mempersendakan Nabi (Saw.) dengan mengatakan bahawa Nabi (Saw.) “Sedang meracau”  di hadapan Nabi (Saw.) “ Kitab Allah adalah cukup dan kami tidak perlu kepada Sunnah Nabi (Saw.)” .( al-Bukhari, Sahih, I, hlm. 36; Muslim, Sahih, III, hlm. 69) “Sunnah Nabi (Saw.) mendatangkan perselisihan dan pertengkaran kepada Umat [Al-Dhahabi, Tadhkirah al-Huffaz, I , hlm.3]” “ Mereka telah mengepung dan membakar rumah anak perempuan Nabi (Saw.) Fatimah (a.s) dan berkata: "Aku akan membakar kalian sehingga kalian keluar untuk memberi bai'ah kepada Abu Bakar. "[Al-Tabari, Tarikh, III, hlm. 198; Abu-l-Fida”, Tarikh, I, hlm. 156]  merampas Fadak daripada Fatimah (a.s) yang telah diberikan kepadanya oleh Nabi (Saw.) semasa hidupnya (Lihat Ahmad bin Tahir al-Baghdadi, Balaghah al-Nisa’, II, hlm.14; Umar Ridha Kahalah, A'lam al-Nisa', III, hlm.208; Ibn Abi al-Hadid, Syarh Nahj al-Balaghah, IV, hlm.79, 92), menyakiti hati Fatimah, Ali, al-Hasan dan al-Husain, kerana Rasulullah (Saw.) bersabda “Siapa menyakiti Fatimah, dia menyakitiku, dan siapa menyakitiku , dia menyakiti Allah”  “Siapa menyakiti Ali, sesungguhnya dia menyakitiku, dan siapa yang menyakitiku, dia menyakiti Allah”  “al-Hasan dan al-Husain kedua-dua mereka adalah pemuda Syurga”  (al-Qunduzi al-Hanafi, Yanabi’ al-Mawaddah, hlm. 129-131 dan lain-lain).

Mereka telah membakar Sunnah Nabi (Saw.) (Ibn Sa'd, Tabaqat, V , hlm. 140), “ menghalang orang ramai dari meriwayatkan Sunnah Nabi (Saw.) " [al-Dhahabi, Tadhkirah al-Huffaz, I, hlm. 7], mengesyaki Nabi (Saw.) sama ada berada di atas kebenaran atau kebatilan [Muslim, Sahih, IV, hlm.12,14; al-Bukhari, Sahih, II, hlm. 111],  mengubah sebahagian hukum Allah dan sunnah Nabi (Saw.) (al-Suyuti, Tarikh al-Khulafa’ hlm.136)

Al-Bukhari meriwayatkan bahawa al-Musayyab berkata: Aku berjumpa al-Barra’ bin ‘Azib (r.a), lalu aku berkata: Alangkah beruntungnya anda kerana anda telah bersahabat (Sahabta) dengan Nabi (Saw.) dan membaiahnya di bawah pokok. Lantas dia menjawab: Wahai anak saudaraku! Sebenarnya anda tidak mengetahui apa yang kami lakukan (Ahdathna-hu) selepasnya (al-Bukari, Sahih, v, hlm.343 (Hadis no.488 )

Kesemua hadis-hadis tersebut adalah menepati ayat al-Inqilab firman-Nya di dalam Surah Ali Imran (3): 144: "Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang (murtad), maka ia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikitpun dan Allah  akan memberi balasan kepada mereka yang bersyukur." Dan bilangan yang sedikit sahaja yang "terselamat" adalah menepati firman-Nya di dalam Surah Saba' (34): 13: "Dan sedikit sekali dari hamba-hambaku yang berterima kasih."

        
   Kesimpulan

Kekafiran majoriti para sahabat selepas kewafatan Nabi (Saw.) sebagaimana dicatat oleh al-Bukhari dan Muslim di dalam Sahih-Sahih mereka amat menakutkan  sekali. Dan ianya menyalahi akidah Ahlu s-Sunnah wa l-Jama‘ah yang menegaskan bahawa semua para sahabat adalah adil (kebal). Lantaran itu mana-mana Muslim sama ada dia seorang yang bergelar sahabat, tabi‘i, mufti, kadi  dan kita sendiri, tidak boleh mengubah atau  menangguhkan atau melanggar atau  membatalkan mana-mana hukum Allah dan Sunnah Nabi-Nya dengan alasan Maqasidu sy-Syari‘ah, Maslahah, dan sebagainya. Kerana Allah dan Rasul-Nya tidak akan meridhai perbuatan tersebut. Firman-Nya“ Tidak ada bagi lelaki mukmin dan perempuan mukminah (hak) memilih di dalam urusan mereka apabila Allah dan Rasul-Nya memutuskan urusan itu.Barang siapa yang  mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka ianya telah sesat dengan kesesatan yang nyata” (Al-Ahzab(33):35)
Firman-Nya “Tidak ,demi Tuhan, mereka tidak juga beriman sehingga mereka mengangkat engkau menjadi hakim untuk mengurus perselisihan di kalangan mereka, kemudian mereka tiada keberatan di dalam hati mereka menerima keputusan engkau,dan mereka menerima dengan sebenar-benarnya” (Al-Nisa’(4): 65) Firman-Nya “Barang siapa yang tidak menghukum menurut hukum yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang kafir” (al-Ma ‘idah(5):44)
Firman-Nya “Barang siapa yang tidak menghukum menurut hukum yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang yang zalim”(al-Ma ‘idah(5):45) Firman-Nya “Barang siapa yang tidak menghukum menurut hukum yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang yang fasiq”(al-Ma‘idah(5):47)
Dan firman-Nya “Barang siapa yang menentang Rasul,sesudah nyata petunjuk baginya dan mengikut bukan jalan orang-orang Mukmin,maka kami biarkan dia memimpin dan kami memasukkan dia ke dalam nereka Jahannam.Itulah sejahat-jahat tempat kembali” (Al-Nisa ‘(4);1

Aqidah Syi'ah Tentang al-Qur'an




Sesungguhnya Syi'ah mempercayai bahawa al-Qur'an yang ada sekarang adalah benar dan mereka beramal dengannya. Tetapi ianya tidak dinafikan bahawa terdapat kitab-kitab karangan ulama Syi'ah seperti al-Kulaini dan lain-lain yang telah mencatat tentang kurang atau lebihnya ayat-ayat al-Qur'an yang ada sekarang, tetapi ketahuilah anda bahawa bukanlah semua riwayat itu sahih malah ianya ada yang sahih dan ada yang dha'if. Contohnya al-Kulaini telah meriwayatkan di dalam al-Kafi bahawa Rasulullah SAW telah dilahirkan pada 12 Rabi'ul Awwal tetapi ianya ditolak oleh majoriti ulama Syi'ah kerana mereka berpendapat bahawa Nabi SAWAW telah dilahirkan pada 17 Rabi'ul Awwal.
Begitu juga mereka menolak kitab al-Hassan bin al-'Abbas bin al-Harisy yang dicatat oleh al-Kulaini di dalam al-Kafi, malah mereka mencela kitab tersebut. Begitu juga mereka menolak riwayat al-Kulaini bahawa orang yang disembelihkan itu adalah Nabi Ishaq bukan Nabi Isma'il AS (al-Kafi, IV, hlm. 205). Justeru itu riwayat al-Kulaini umpamanya tentang kekurangan dan penambahan ayat-ayat al-Qur'an adalah riwayat yang lemah (Majallah Turuthuna, Bil. XI, hlm. 104).

Kerana ulama Syi'ah sendiri telah menjelaskan kelemahan-kelemahan yang terdapat di dalam al-Kafi, malah mereka menolak sebahagian besar riwayat al-Kulaini. Begitu juga dengan kitab al-Istibsar fi al-Din, Tahdhib al-Ahkam karangan al-Tusi dan Man La Yahdhuruhu al-Faqih karangan Ibn Babuwaih, sekalipun 4 buku tersebut dikira muktabar di dalam mazhab Syi'ah, umpamanya al-Kafi yang mempunyai 16,199 hadith telah dibahagikan kepada 5 bahagian (di antaranya):
i. Sahih, mengandungi 5,072 hadith.
ii. Hasan, 144 hadith.
iii. al-Muwaththaq, 1128 hadith (iaitu hadith-hadith yang diriwayatkan oleh orang yang bukan Syi'h tetapi mereka dipercayai oleh Syi'ah).
iv. al-Qawiyy, 302 hadith.
v. Dhaif, 9,480 hadith. (Lihat Sayyid Ali al-Milani, al-Riwayat Li Ahadith al-Tahrif di dalam Turuthuna, Bil. 2, Ramadhan 1407 Hijrah, hlm. 257).
Oleh itu riwayat-riwayat tentang penambahan dan kekurangan al-Qur'an telah ditolak oleh ulama Syi'ah Imamiyah mazhab Ja'fari dahulu dan sekarang. Syaikh al-Saduq (w. 381H) menyatakan "i'tiqad kami bahawa al-Qur'an yang telah diturunkan oleh Allah ke atas Nabi Muhammad SAWAW dan keluarganya ialah di antara dua kulit (buku) iaitu al-Qur'an yang ada pada orang ramai dan tidak lebih dari itu. Setiap orang yang mengatakan al-Qur'an lebih dari itu adalah suatu pembohongan." (I'tiqad Syaikh al-Saduq, hlm. 93). Syaikh al-Mufid (w. 413H) menegaskan bahawa al-Qur'an tidak kurang sekalipun satu kalimah, satu ayat ataupun satu surah (Awa'il al-Maqalat, hlm. 55). Syarif al-Murtadha (w. 436H) menyatakan al-Qur'an telah dijaga dengan rapi kerana ia adalah mu'jizat dan sumber ilmu-ilmu Syarak, bagaimana ia boleh diubah dan dikurangkan? Selanjutnya beliau meyatakan orang yang mengatakan al-Qur'an itu kurang atau lebih tidak boleh dipegang pendapat mereka (al-Tabrasi, Majma' al-Bayan, I, hlm. 15). Syaikh al-Tusi (w. 460H) menegaskan bahawa pendapat mengenai kurang atau lebihnya al-Qur'an adalah tidak layak dengan mazhab kita (al-Tibyan fi Tafsir al-Qur'an, I, hlm.3). Begitu juga pendapat al-Allamah Tabataba'i dalam Tafsir al-Mizan, Jilid 7, hlm. 90 dan al-Khu'i dalam Tafsir al-Qur'an al-'Azim, I, hlm. 100, mereka menegaskan bahawa al-Qur'an yang ada sekarang itulah yang betul dan tidak ada penyelewengan.
Demikianlah sebahagian daripada pendapat-pendapat ulama Syi'ah dahulu dan sekarang yang mengaku kesahihan al-Qur'an yang ada pada hari ini. Imam Ja'far al-Sadiq AS berkata,"Apabila datang kepada kamu dua hadith yang bertentangan maka hendaklah kamu membentangkan kedua-duanya kepada Kitab Allah dan jika ianya tidak bertentangan dengan Kitab Allah, maka ambillah dan jika ianya bertentangan Kitab Allah, maka tinggalkanlah ia" (Syaikh, al-Ansari, al-Rasa'il, hlm. 446). Kata-kata Imam Ja'far al-Sadiq itu menunjukkan al-Qur'an yang wujud sekarang ini adalah al-Qur'an yang diturunkan oleh Allah ke atas Nabi SAWAW tanpa tambah dan kurang jika tidak, ianya tidak menjadi rujukan kepada Muslimin untuk membentangkan hadith-hadith Nabi SAWAW yang sampai kepada mereka. Oleh itu mazhab Syi'ah Ja'fari samalah dengan mazhab Ahlu s-Sunnah dari segi menjaga al-Qur'an dari penyelewengan, tetapi apa yang anehnya ialah terdapat banyak riwayat di dalam buku-buku Sahih Ahlu s-Sunnah sendiri yang mencatatkan bahawa al-Qur'an telah ditambah, dikurang dan ditukarkan, di antaranya seperti berikut:
1. Al-Bukhari di dalam Sahihnya, VI, hlm. 210 menyatakan (Surah al-Lail (92):3 telah ditambah perkataan "Ma Khalaqa" oleh itu ayat yang asal ialah "Wa al-Dhakari wa al-Untha" tanpa "Ma Khalaqa". Hadith ini diriwayatkan oleh Abu al-Darda', kemudian ianya dicatat pula oleh Muslim, Sahih,I,hlm. 565; al-Turmudhi, Sahih, V, hlm. 191.
2. Ahmad bin Hanbal, al-Musnad, I, hlm. 394; al-Turmudhi, Sahih, V, hlm. 191 menyatakan (Surah al-Dhariyat (51):58 telah diubah dari teks asalnya "Inni Ana r-Razzaq" kepada "Innallah Huwa r-Razzaq" iaitu teks sekarang.
3. Muslim, Sahih, I, hlm. 726; al-Hakim, al-Mustadrak, II, hlm. 224 meriwayatkan dari Abu Musa al-Asy'ari,"Kami membaca satu surah seperti Surah al-Bara'ah dari segi panjangnya, tetapi aku telah lupa, hanya aku mengingati sepotong dari ayatnya,"Sekiranya anak Adam (manusia) mempunyai dua wadi dari harta, nescaya dia akan mencari wadi yang ketiga dan perutnya tidak akan dipenuhi melainkan dengan tanah."
4. Al-Suyuti, al-Itqan, II, hlm. 82, meriwayatkan bahawa 'Aisyah menyatakan Surah al-Ahzab (33):56 pada masa Nabi SAWAW adalah lebih panjang iaitu dibaca "Wa'ala al-Ladhina Yusaluna al-Sufuf al-Uwal" selepas "Innalla ha wa Mala'ikatahu Yusalluna 'Ala al-Nabi..." Aisyah berkata,"Iaitu sebelum Uthman mengubah mushaf-mushaf."
5. al-Muslim, Sahih, II, hlm. 726, meriwayatkan bahawa Abu Musa al-Asy'ari membaca selepas Surah al-Saf (61):2, "Fatuktabu syahadatan fi A'naqikum..."tetapi ianya tidak dimasukkan ke dalam al-Qur'an sekarang.
6. Al-Suyuti, al-Itqan, I, hlm. 226 menyatakan bahawa dua surah yang bernama "al-Khal" dan "al-Hafd" telah ditulis dalam mushaf Ubayy bin Ka'b dan mushaf Ibn 'Abbas, sesungguhnya 'Ali AS mengajar kedua-dua surah tersebut kepada Abdullah al-Ghafiqi, 'Umar dan Abu Musa al-Asy'ari juga membacanya.
7. Malik, al-Muwatta', I, hlm. 138 meriwayatkan dari 'Umru bin Nafi' bahawa Hafsah telah meng'imla' "Wa Salati al-Asr" selepas Surah al-Baqarah (2): 238 dan ianya tidak ada dalam al-Qur'an sekarang. Penambahan itu telah diriwayatkan juga oleh Muslim, Ibn, Hanbal, al-Bukhari, dan lain-lain.
8. Al-Bukhari, Sahih, VIII, hlm. 208 mencatatkan bahawa ayat al-Raghbah adalah sebahagian daripada al-Qur'an iaitu "La Targhabu 'an Aba'ikum" tetapi ianya tidak wujud di dalam al-Qur'an yang ada sekarang.
9. Al-Suyuti, al-Itqan, III, hlm. 82; al-Durr al-Manthur, V, hlm. 180 meriwayatkan daripada 'Aisyah bahawa dia berkata,"Surah al-Ahzab dibaca pada zaman Rasulullah SAWAW sebanyak 200 ayat, tetapi pada masa 'Uthman menulis mushaf ianya tinggal 173 ayat sahaja."
10. Al-Suyuti, al-Durr al-Manthur, V, hlm. 192 mencatatkan bahawa di sana terdapat ayat yang tertinggal selepas Surah al-Ahzab (33):25 iaitu "Bi 'Ali bin Abi Talib". Jadi ayat yang dibaca, "Kafa Llahul Mu'minin al-Qital bi 'Ali bin Abi Talib."
11. Ibn Majah, al-Sunan, I, hlm. 625 mencatat riwayat daripada 'Aisyah RD dia berkata: ayat al-Radha'ah sebanyak  10 kali telah diturunkan oleh Allah dan ianya ditulis dalam mushaf di bawah katilku, tetapi manakala wafat Rasulullah SAWAW dan kami sibuk dengan kewafatannya, maka ianya hilang.
12. Al-Suyuti, al-Itqan, III, hlm. 41 mencatatkan riwayat daripada 'Abdullah bin 'Umar, daripada bapanya 'Umar bin al-Khattab, dia berkata,"Janganlah seorang itu berkata aku telah mengambil keseluruhan al-Qur'an, apakah dia tahu keseluruhan al-Qur'an itu? Sesungguhnya sebahagian al-Qur'an telah hilang dan katakan sahaja aku telah mengambil al-Qur'an mana yang ada." Ini bererti sebahagian al-Qur'an telah hilang.
Demikianlah di antara catatan para ulama Ahlu s-Sunnah mengenai al-Qur'an sama ada lebih atau kurang di dalam buku-buku Sahih dan muktabar mereka. Bagi orang yang mempercayai bahawa semua yang tercatat di dalam sahih-sahih tersebut adalah betul dan wajib dipercayai, akan menghadapi dilema, kerana kepercayaan sedemikian akan membawa mereka kepada mempercayai bahawa al-Qur'an yang ada sekarang tidak sempurna, sama ada berkurangan atau berlebihan. Jika mereka mempercayai al-Qur'an yang ada sekarang adalah sempurna - memang ianya sempurna - ini bererti sahih-sahih mereka tidak sempurna dan tidak sahih lagi. Bagi Syi'ah mereka tidak menghadapi dilema ini kerana mereka berpendapat bahawa bukan semua riwayat di dalam buku-buku mereka seperti al-Kafi, al-Istibsar fi al-Din dan lain-lain adalah sahih, malah terdapat juga riwayat-riwayat yang lemah.
Oleh itu untuk mempercayai bahawa al-Qur'an yang ada sekarang ini sempurna sebagaimana yang dipercayai oleh Syi'ah mazhab Ja'fari, maka Ahlu s-Sunnah terpaksa menolak riwayat-riwayat tersebut demi mempertahankan kesempurnaan al-Qur'an. Dan mereka juga harus menolak riwayat-riwayat yang bertentangan dengan al-Qur'an dan akal seperti hadith yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim daripada Abu Hurairah,"Sesungguhnya Neraka Jahanam tidak akan penuh sehingga Allah meletakkan kakiNya, maka Neraka Jahanam berkata: Cukup, cukup."(Al-Bukhari, Sahih, III, hlm. 127; Muslim, Sahih, II, hlm. 482).
Hadith ini adalah bertentangan dengan ayat al-Qur'an Surah al-Sajdah (32):13 yang bermaksud,...."Sesungguhnya Aku akan penuhi Neraka Jahanam dengan jin dan manusia." Juga bertentangan dengan Surah al-Syura (42):11 yang menafikan tajsim "Tidak ada suatu yang perkarapun yang menyerupaiNya."

Lantaran aitu tidak hairanlah jika al-Suyuti di dalam Tadrib al-Rawi, hlm. 36 menyatakan bahawa al-Bukhari telah mengambil lebih 480 periwayat yang tidak disebut atau diambil oleh Muslim dan ia mengandungi para periwayat yang lemah, sama ada disebabkan oleh pembohongan dan sebagainya, sementara Muslim pula mengambil 620 periwayat yang tidak disebut atau diambil oleh al-Bukhari dan terdapat di dalamnya 160 periwayat yang lemah. Murtadha al-
Askari pula menulis buku berjudul 150 sahabat khayalan, Beirut, 1968. Hanya nama-nama mereka sahaja disebutkan oleh al-Bukhari dan Muslim tetapi mereka sebenarnya tidak pernah wujud. Oleh itu 'sahih" adalah nama buku yang diberikan oleh orang tertentu, misalnya al-Bukhari menamakannya 'Sahih" iaitu sahih mengikut pandangannya, begitu juga Muslim menamakan bukunya 'Sahih" iaitu sahih mengikut pandangannya.
Justeru itu buku-buku 'sahih' tersebut hendaklah dinilai dengan al-Qur'an, kerana Sahih yang sebenar adalah sahih di sisi Allah SWT. Dan kita naik saksi bahawa al-Qur'an yang ada di hadapan kita ini adalah sahih dan tidak boleh dipertikaikan lagi.
Dengan itu anda tidak lagi menganggap Syi'ah mempunyai al-Qur'an 'lebih atau kurang' isi kandungannnya kerana mereka sendiri menolaknya. Dan ianya telah dicatat di dalam buku-buku Sahih dan muktabar Ahlu s-Sunnah tetapi mereka juga menolaknya. Dengan demikian Syi'ah dan Sunnah adalah bersaudara di dalam Islam dan mereka wajib mempertahankan al-Qur'an dan beramal dengan hukumnya tanpa menjadikan 'ijtihad' sebagai alasan untuk menolak (hukum)nya pula.