Salah satu anggota Dewan Pusat Hizbullah Lebanon menyatakan, berbeda dengan perang-perang terdahulu, bila militer Rezim Zionis Israel membuka front perang baru, maka kali ini para pejuang perlawanan Islami Hizbullah akan berperang di Palestina pendudukan dan bukan di Lebanon.
Menurut Raja News mengutip laporan Kantor Berita Fars, dalam sebuah wawancara salah satu anggota Dewan Pusat Hizbullah dengan majalah Al-Haqiqah yang dilakukan di sela-sela salah satu acara Hizbullah di Dhahiyah Beirut, dia mengancam Israel bila bermaksud kembali menyerang Lebanon, maka para pejuang Hizbullah akan melakukan strategi perang baru dengan melakukan perang di Palestina pendudukan yang dijajah sejak tahun 1948.
Pejabat Hizbullah ini meminta agar namanya tidak disebutkan. Saat ditanya mengenai kesiapan Hizbullah setelah perang 33 hari hingga kini untuk melakukan apa yang disebutkannya itu, dia menjelaskan, “Bila saya katakan bahwa saya tidak punya informasinya, maka yakinilah itu. Karena sebagian masalah yang berhubungan dengan keamanan dan militer tidak diinformasikan kepada setiap anggota bahkan anggota Dewan Pusat Partai, apa lagi orang-orang yang tidak punya hubungan dengan masalah ini.”
Mengenai pernyataan-pernyataan sumber-sumber Israel mengenai rencana militer Hizbullah dia mengatakan, “Orang-orang Zionis hari-hari ini berbicara mengenai perang di tanah Palestina pendudukan. Tentu saja ucapan-ucapan itu juga mengandung propaganda dan tipuan. Mereka harus menjelaskan masalah ini, karena sekalipun bersandarkan pada serangan udara, namun mereka tetap kalah dalam perang 33 hari.”
Pejabat Hizbullah ini menambahkan, “Benar, perang 33 hari itu prioritasnya adalah perang udara dengan pengertian bahwa pesawat-pesawat tempur Israel membombardir Lebanon dan kami menyerang mereka dengan rudal-rudal yang kami miliki. Namun apakah benar seluruh personil 4 divisi militer Rezim Zionis Israel diterjunkan dalam perang “wisata” dan untuk berwisata mereka menuju Bint Jubail, Maroun Alraas dan ‘Itroun?”
Dia melanjutkan, “Kebetulan perang darat terbatas pada hari-hari pertama, menjadi pengalaman bagi mereka untuk tidak melanjutkan serangan darat besar-besaran dan memilih serangan udara di hari-hari selanjutnya.”
Anggota Dewan Pusat Hizbullah ini menjelaskan, “Apa yang dihadapi militer Zionis di Lebanon Selatan adalah mimpi buruk seperti yang mereka saksikan dalam film-film perang. Hal itu membuat mereka goncang, karena setelah 30 hari membombardir dengan berbagai bom non konvensional yang dilarang hukum internasional dengan tujuan mengubah keseimbangan kekuatan militer sekaligus melenyapkan perlawanan, namun kenyataannya perlawanan semakin kuat dan kokoh.”
Dia menambahkan, “Dengan melihat kenyataan yang ada, maka bagi para pejuang Hizbullah perang akan datang tidak akan berbeda baik Rezim Zionis Israel mempergunakan pasukan angkatan darat atau selainnya, bahkan musuhlah yang akan mengalami kerugian lebih dahsyat. Ingat, kali ini para pejuang Hizbullah tidak akan berperang di Lebanon tapi di jantung Palestina pendudukan dan di kota-kota Zionis.”
Dalam penegasannya dia mengatakan, “Apa yang kami perlihatkan selama ini adalah reaksi dan upaya melindungi diri, namun bila di masa akan datang terjadi perang, maka perang kami akan bersifat ofensif.”
Dia juga mengingatkan, “Tentunya dari ucapan saya itu jangan dipahami bahwa Hizbullah yang akan memulai perang, tapi maksudnya adalah bila di masa depan militer Rezim Zionis Israel menyerang kami, maka kami akan menjawabnya dengan tegas dan mereka akan mendapatkan para pejuang kami di dalam perbatasan mereka dan tidak hanya di belakang garis perbatasan. Artinya, dengan strategi ini untuk pertama kalinya sejak tahun 1948 hingga kini dunia akan menyaksikan perang darat di dalam Palestina pendudukan.”
Ketika tema wawancara dialihkan mengenai dampak teror Imad Mughniyah, salah satu komandan Hizbullah terhadap semangat para pejuang Hizbullah dia menjawab, “Benar, syahadah Imad Mughniyah merupakan kerugian besar bagi Hizbullah setelah syahadah Abbas Musawi dan syahid Raghib, keduanya mantan Sekjen Hizbullah dan para pejuang Hizbullah dan pendukungnya sedih, bahkan kebanyakan mereka yang tidak mengenal baik aktivitas dan strategi Hizbullah merasa putus asa, namun harus diketahui bahwa partai dan perlawanan tidak bersandarkan pada satu atau dua pribadi, akan tetapi dengan sebuah pengertian detil Hizbullah adalah sebuah organisasi yang sistematik. Karena tidak ada keahlian khusus bagi seorang pejuang maupun komandan yang tidak dialihkan kepada anggota maupun komandan lainnya yang berada dalam satu level.”
Pejabat Hizbullah ini membeberkan, “Sebagai contoh, syahid Mughniyah sebelum menjemput cawan syahadahnya telah mengajarkan seluruh pelajaran yang diambil dari kesuksesan perang 33 hari kepada para pejuang lainnya baik secara teoritis maupun praktis. Semuanya secara sempurna telah dilakukan sekalipun sebagian anggota Dewan Pusat Hizbullah tidak mengetahui bahwa Haji Ridhwan yang selalu berada bersama para pejuang Hizbullah dan salah satu kader senior Hizbullah adalah Imad Mughniyah yang terkenal itu.”
Sekaitan dengan syahadah Imad Mughniyah dia menjelaskan, “Personil keamanan Suriah tidak pernah melihat jasad Imad Mughniyah. Karena ketika mereka tiba di tempat kejadian, jasad syahid Imad Mughniyah telah dikeluarkan dari Suriah menuju Lebanon.”
Dilanjutkannya, “Haji Imad adalah orang pertama adalah orang pertama yang dikeluarkan dari pertemuan di daerah Kufr Susah, Damaskus. Sesaat setelah terjadi ledakan, sejumlah saudara-saudara Hizbullah yang ikut hadir dalam pertemuan itu langsung keluar dari gedung dan mengetahui kalau Imad Mughniyah telah syahid. Segera setelah itu mereka menghubungi Sayyid Hasan Nasrullah, Sekjen Hizbullah dan menyampaikan apa yang terjadi dan pada saat itu juga dengan pasti meminta agar mereka segera mengeluarkan jasad Imad Mughniyah dari Suriah ke Lebanon sebelum petugas-petugas keamanan Suriah sampai ke tempat kejadian. Anggota Hizbullah segera membawa jasad Imad Mughniyah ke Lebanon dengan kendaraan milik anggota Hizbullah lainnya yang ada di sana. Tidak ada seorang warga Suriah yang menyaksikan wajah Imad Mughniyah, selain seorang polisi Suriah yang bertugas di sana.”
Ditambahkannya, “Setelah jasad Imad Mughniyah dikeluarkan dari Suriah dan yakin bahwa kendaraan yang mengangkutnya telah memasuki Lebanon, Sayyid Hasan Nasrullah menghubungi Bashar Assad, Presiden Suriah dan menyatakan bahwa orang yang menjadi target teror tersebut adalah Imad Mughniyah. Pada saat itu, Bashar Assad meminta kepada Sayyid Hasan Nasrullah agar tidak mengumumkan berita ini. Namun Sayyid Hasan Nasrullah menegaskan bahwa kami tidak punya kebiasaan menyensor berita syahadah para syuhada kami, sekalipun itu adalah salah satu komandan besar kami. Karena itu adalah kebanggaan kami!”
Seraya menjelaskan bahwa para pejabat Hizbullah telah menyiapkan seluruh syarat yang diperlukan untuk mengkaji secara khusus hasil Komite Investigasi Suriah, pejabat Hizbullah yang tidak ingin namanya disebutkan ini mengatakan, “Kami telah menyiapkan danmenyerahkan informasi medis yang dibutuhkan oleh tim investigasi Suriah. Informasi yang kami dapatkan, penyidikan telah selesai dan sekalipun terlambat, tapi hasilnya bakal diumumkan.”[infosyiah]